Intisari-Online.com - Ketika negara lain tengah sibuk berkonflik, Korea Utara justru mendadak bungkam.
Ternyata ada alasan mengapa Korea Utara begitu pasif ketika konflik sedang besar-besarnya.
Ini semua karena Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-Un.
Memang ada apa denganPemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong-Un?
Dilansir dari kompas.com pada Minggu (29/8/2021), Korea Utara dilaporkan tengah mencaripengganti Kim Jong-Un.
Semua itu karenakekhawatiran tentang kesehatannya. Sebab berat badannya menurun drastis.
Sang diktator berusia 37 tahun itu dilaporkan lebih kurus dari sebelumnya. Dan dia kehilanganlebih dari 18 kg pada Juli.
Laporan itu langsung banyak memicu spekulasi. Khususnya terkaittentang penyakit serius yang diidapnya.
Diketahui memang warga Korea Utara tengahdilanda kelaparan. Ini semua karena berbagai bencana semakin khawatir.
Sehinggamuncul desas-desus yang semakin kencang bahwa telah ada "orangnya Kim" yang ditugaskan untuk mencari penggantinya.
Dilansir dari The Sun pada Kamis (26/8/2021), orang itu adalah Jo Yong Won, pejabat senior Partai Buruh.
Dia baru-baru ini mendapatkan peran wakil pemimpin baru.
Bahkan disebutkan bahwa ialah yang ditugaskan untuk mencari pengganti Kim Jong Un.
Seorang ahli terkemuka di Korea Utara menganggap sosok misterius Jo sebagai "kingmaker", yang akan menyiapkan "Kim" selanjutnya.
"Kita dapat mengatakan bahwa mungkin Kim Jong-Un menempatkan Jo Yoong Won sebagai kingmaker."
"Dia orang yang berperan membantu membimbing dan mengarahkan penerus turun temurun," kata Michael Madden, sebagai Pengawas Kepemimpinan Korea Utara, afiliasi dari pengawas 38 Utara.
"Mereka pasti membuat keputusan itu dengan memperhatikan transisi (pemerintahan)."
Madden melanjutkan, pemerintahan Kim Jong-Un membuat keputusan dengan memperhatikan transisi potensial dengan pandangan bahwa pemimpinnya mungkin tidak mampu lagi diperbaiki atau mungkin mati.
Madden memberi contohseperti apayang dilakukan ayah Kim, Kim Jong Il, menjelang akhir hayatnya.
Pada 2007 sila, ayah Kim Jong Un mengalami TIA (serangan iskemik transien) yang disebut stroke mini.
"Masalah kesehatannya menjadi agak genting dan dia mulai bersiap untuk suksesi turun temurun," ujarnya tentang Kim Jong Il.
"Jadi dia pada dasarnya mempercayakan sekitar lima atau enam orang yang kesetiaan dan ambisinya tidak perlu dia pertanyakan untuk dijadikan wali," lanjutnya.
Wali inidimaksud orang-orang yang mengambil portofolio kebijakan yang sangat besar dan sensitif.
"Ini adalah orang-orang yang membuat transisi dari Kim Jong Il ke Kim Jong-Un seefektif sebelumnya."
"Mereka semua mengawal Kim Jong Un melalui hari-hari awal itu," tutupnya.