Intisari-online.com - Merebaknya kasus Covid-19 di China belakangan ini disebabkan munculnya varial delta.
Hal ini membuatnya menyebar ke banyak provinsi, dalam waktu kurang sebulan, namun dalam waktu yang sama China juga berhasil mengendalikan situasinya.
Pada Juli, China melaporkan 328 orang terinfeksi varian Delta.
Ini membuatnya dihadapkan dengan risiko penyakit menyebar ke setengah dari provinsi dan kota di negara itu dengan kecepatan yang mengerikan.
Pemerintah China memaksa, daerah negara itu segera menerapkan tindakan pembatasan yang lebih ketat.
Setidaknya 260 kasus dalam wabah baru-baru ini terkait dengan klaster di kota Nanjing, di provinsi timur Jiangsu, di mana tujuh pekerja kebersihan dalam penerbangan internasional tertular virus pada 20 Juli.
Akibatnya, ribuan orang di provinsi itu dikurung, sementara Nanjing melakukan tes dua kali untuk seluruh populasinya yang berjumlah 9,2 juta.
Virulensi yang kuat dan penyebaran yang cepat dari mutasi Delta dikombinasikan dengan puncak musim turis dan lalu lintas yang tinggi di bandara telah menyebabkan wabah dengan cepat meluas ke serangkaian provinsi, seperti Fujian, Chongqing, Shanxi dan Chongqing.
Pejabat distrik Chongqing segera melakukan pengujian massal terhadap semua pengunjung ke lokasi terkait kasus yang dikonfirmasi.
Setelah sebuah kasus terdeteksi di Kota Zhengzhou, Provinsi Henan, yang dilanda banjir mematikan baru-baru ini, pihak berwenang segera memerintahkan pengujian untuk semua 10 juta orang.
Kepala komite kesehatan kota dipecat.
Lima pejabat di kota Shangqiu, termasuk seorang pemimpin rumah sakit, juga dipecat karena lalai dalam upaya anti-epidemi, lapor kantor berita Xinhua.
Di kota wisata Hunan Zhangjiajie, semua 1,5 juta orang harus tinggal di rumah dan semua tempat wisata harus ditutup setelah menjadi wabah baru.
Pihak berwenang China melacak semua orang yang pernah ke Nanjing atau Zhangjiajie baru-baru ini, dan menyarankan para pelancong untuk tidak pergi ke tempat-tempat di mana kasus itu baru-baru ini ditemukan.
Sementara itu, program vaksinasi skala besar China terus dilaksanakan.
"Tingkat perlindungan vaksin Covid-19 terhadap mutasi Delta mungkin sedikit berkurang, tetapi vaksin saat ini masih memiliki efek pencegahan dan perlindungan yang baik," kata Feng Zijian, ahli virologi yang berbasis di China.
China sejauh ini telah menyuntikkan lebih dari 1,8 miliar dosis vaksin di seluruh negeri, menurut data dari Komisi Kesehatan Nasional.
Sebagian besar wilayah telah mengendalikan wabah ini, sementara beberapa tetap waspada dengan mempertahankan pengujian massal dan menunda dimulainya sekolah.
Dengan pendekatan drastis itu, jumlah kasus baru di provinsi-provinsi China terus menurun, menjadi total 51 kasus pada awal pekan ini, banyak di antaranya adalah orang yang kembali dari luar negeri.
Sementara itu, situasi ini berbanding terbalik dengan Indonesia saat ini.
Negara terpadat keempat di dunia baru-baru ini menyalip India untuk menjadi pusat Covid-19 Asia, dengan lebih dari 50.000 kasus baru setiap hari.
Dari 354 juta kasus yang dikonfirmasi sejak pandemi mulai melanda negara itu, 1,2 juta tercatat pada bulan Juli saja.
Negara ini memiliki setidaknya 118.000 kematian akibat Covid-19.
Para ahli mengatakan situasi sebenarnya lebih buruk daripada statistik.
Sebuah survei lokal mengidentifikasi hampir setengah dari 10,6 juta penduduk Jakarta kemungkinan terinfeksi Covid-19.
Negara ini mengalami krisis kesehatan, mendorong rumah sakit ke kapasitas penuh, kuburanbertambah dan staf medis kelelahan.
Para ahli mengatakan bahwa Indonesia harus "membayar harga" karena tidak mengunci secara ketat dan tidak cukup berinvestasi dalam sistem penelusuran.
Indonesia juga menghadapi banyak kesulitan dalam menyediakan vaksin bagi penduduknya yang berjumlah 270 juta orang.
Negara ini sejauh ini hanya memvaksinasi penuh 10% dari populasi.