Intisari-Online.com -Selasa (10/8/2021), kasus harian COVID-19 di China mencapai level tertinggi dalam tujuh bulan terakhir.
Hal itu terjadi setelah sebuah kluster di lokasi tes virus meningkatkan infeksi ketika varian Delta menyerang Beijing.
Wabah kali ini telah memicu penguncian lokal, pengujian massal, dan pembatasan perjalanan.
Media Pemerintah China menggambarkan wabah COVID-19 saat ini sebagai yang paling parah sejak virus corona muncul di pusat Kota Wuhan akhir 2019 lalu.
Padahal sebelumnya, pihak berwenang China berhasil menurunkan infeksi domestik menjadi hampir nol.
Sehingga memungkinkan kegiatan ekonomi untuk pulih meskipun dengan pembatasan perbatasan yang ketat.
Tapi sekarang, kasus COVID-19 kembali meningkat.
Melansir Channel News Asia, pada Selasa, otoritas kesehatan China melaporkan 143 infeksi baru virus corona.
108 di antaranya ditularkan secara lokal.
Sedangkan puluhan kasus berasal dari pusat pengujian COVID-19 di Kota Yangzhou, China Timur.
Sebagai tanda kecemasan atas wabah COVID-19 yang relatif kecil, beberapa pejabat telah mengeluarkan peringatan karena salah menangani pengujian massal, yang menurut otoritas Kota Yangzhou memungkinkan penyebaran virus.
Otoritas Kota Yangzhou mengatakan, "sejumlah kecil anggota dan kader partai belum menjalankan tugas mereka dengan baik".
Lonjakan kasus COVID-19 terbaru bergulir setelah infeksi di antara petugas kebersihan bandara di Kota Nanjing memicu rantai infeksi virus corona di seluruh negeri tembok raksasa.
Angka kasus pada Selasa adalah yang tertinggi sejak Januari 2021 lalu, ketika China mencatat 144 kasus baru dengan 126 di antaranya infeksi domestik, sebagian besar tercatat di wilayah Utara.
Pihak berwenang sekarang bekerja untuk menopang kepercayaan bahwa kebangkitan terbaru COVID-19 bisa dikendalikan.
Kantor berita Xinhua mengutip pernyataan spesialis penyakit menular Zhang Wenhong mengatakan, "Kami telah berhasil mengatasi epidemi di Guangzhou, dan epidemi di Nanjing secara bertahap dikendalikan."