Hampir setengah dari kasus harian baru sekarang ditemukan di luar pulau Jawa yang paling padat penduduknya, yang merupakan rumah bagi sekitar 60% penduduk Indonesia dan memiliki konsentrasi kekayaan terbesar.
Disebut, Indonesia menghadapi risiko wabah yang memburuk karena penyakit ini menyebar ke daerah-daerah dengan sistem perawatan kesehatan yang kurang lengkap dan cakupan vaksinasi yang lebih rendah.
Sementara itu, vaksinasi terus digaungkan di tengah persediaan yang justru terbatas, dan dikhawatirkan membuat orang-orang mulai enggan untuk berusaha mengaksesnya.
“Kekhawatiran saya adalah antusiasme masyarakat akan berubah menjadi apatis,” kata Christianto Senda, warga yang tinggal di kota pegunungan Mollo di provinsi Nusa Tenggara Timur, dikutip Bloomberg.
Senda sendiri, yang rutin mengecek ketersediaan vaksin di fasilitas kesehatan setempat, telah berkali-kali gagal mendapatkan vaksin dosis keduanya karena ketidaktersediaannya.
Ia terlambat berminggu-minggu untuk dosis kedua yang dijadwalkan.
“Banyak yang berjalan berjam-jam atau membayar transportasi mahal untuk mendapatkan vaksin.
"Mungkin sekali, dua kali, mereka masih akan mencoba. Tapi setelah beberapa saat, orang mungkin akan menyerah sama sekali," ungkapnya.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR