Intisari-online.com -Malaysia digegerkan oleh dakwaan kasus korupsi kepada eks-Menteri Pemuda dan Olahraga (eks-Menpora) Syed Saddiq.
Mantan menteri muda Malaysia ini dituduh menggelapkan dana partai Pribumi Bersatu Malaysia, partai yang dipimpin oleh Perdana Menteri Muhyiddin Yassin.
Nama Syed Saddiq sendiri tidak asing dengan kritikan tajam dari warga Indonesia.
Ia menjadi musuh bersama warga Indonesia ketika masih menjabat sebagai Menpora Malaysia.
Terutama oleh suporter Timnas Indonesia, karena ia malah menambah panas masalah pemukulan suporter Indonesia.
Tahun 2019 lalu, ada video yang menunjukkan aksi kekerasan pada suporter Indonesia, yaitu saat pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2020 Indonesia-Malaysia.
Memang kedua tim suporter sudah ricuh sejak pertandingan berlangsung.
Namun salah satu suporter Indonesia tiba-tiba menjadi korban kekerasan dan video terkait insiden itu segera viral di media sosial.
Menanggapi video tersebut, Menpora Malaysia, Syed Saddiq, akhirnya buka suara.
Namun bukannya meredakan masalah, ia justru membuat warga Indonesia berang karena menyebut video tersebut hoaks.
Korban pengeroyokan, Yovan saat itu mengaku sedih dan kecewa mendengar jika video pengeroyokan adalah hoaks.
"Jujur setelah mendengar statement dari Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia saya merasa sedih dan kasihan karena sekelas Menteri bisa mengeluarkan statement seperti itu," ucap Yovan dilansir dari TribunnewsBogor.com.
"Jadi kalau Anda bilang saya hoaks, saya menyebar hoaks, atau orang Indonesia menyebar hoaks, itu salah. Jadi saya ingin tegaskan kalau kejadian malam itu sangat benar dan saya meminta Menteri Pemuda dan Olahraga Malaysia menarik kembali ucapannya sore ini membuat seluruh warga Indonesia apalagi saya dan teman saya yang jadi korban merasa diremehkan," ungkap Yovan.
Jika di tahun 2019 Syed Saddiq mendapat masalah dengan suporter Timnas Indonesia, tahun 2020 ia justru sudah tersandung korupsi.
Melansir Kompas.com, dugaan korupsi Syed Saddiq tahun 2020 muncul setelah Komisi Anti Korupsi Malaysia (MACC) menyelidiki laporan hilangnya uang sebanyak RM 250 ribu, atau sekitar Rp 857 juta.
Uang hilang dari kotak aman atau brangkas di rumahnya pada 29 Maret 2020.
Baca Juga: Inilah Syed Saddiq, Pemuda 25 Tahun yang Jadi Menteri Paling Muda Dalam Sejarah Malaysia
Syed Saddiq mengatakan hanya sedikit orang yang tahu kombinasi kotak aman itu, dan dibukanya terakhir 13 atau 14 Maret.
Kasus diselidiki dengan latar belakang Pasal 17 (a) dari Undang-undang MACC terkait gratifikasi dan suap.
"Kami memberinya waktu untuk merapihkan detail-detail karena negara ini tengah dalam pembatasan pergerakan," tutur seorang sumber yang terkait dengan penyelidikan ini kepada FMT.
Karena di tahun 2020 Malaysia sudah melaksanakan lockdown, maka pengusutan sangatlah terbatas.
Menanggapi permintaan MACC, Syed Saddiq mengatakan ia menolak tudingan korupsi, dengan menyebut uang yang hilang itu adalah tabungan hasil gaji dan tunjangannya saat menjadi menteri.
Ia juga mengaku gaji dan tunjangannya sudah banyak sehingga ia tidak paham kenapa seorang menteri harus melakukan korupsi.
"Hingga sekarang, saya tak mengerti kenapa seorang menteri perlu melakukan korupsi. Kami dibayar mahal, memiliki tunjangan tinggi, dan hal tersebut tak termasuk bonus yang kami terima," tuturnya lewat sebuah pernyataan resmi bebarapa hari setelah kejadian itu.
Syed Saddiq mengutarakan bahwa ia menerima 55.000 RM (Rp 188 juta) per bulan sebagai menteri dan perwakilan dari kota Muar.
Ia menerima beberapa tunjangan lain seperti 70.000 RM (Rp 240 juta) untuk liburan tahunan, 180 RM (Rp 615.000) untuk makan dan minum sehari-hari, serta 10.000 RM (Rp 34 juta) untuk biaya pindah rumah.
Ketua Pemuda Partai Pribumi Bersatu Malaysia (PPBM) ini juga menerima bonus satu kali sebesar 42.000 RM (Rp 143 juta) demi pembelian set makan serta uang sebesar 150.000 (Rp 512 juta) setelah ia berhenti dari posisinya sebagai menteri.
Syed Saddiq mengaku bahwa ia tak pernah memberikan kontrak ke pihak lain selama menjadi menteri.
Ia kukuh mengatakan kalau semua kontrak diberikan melalui panitia tender.
Selanjutnya ia mengaku selalu melakukan tender terbuka untuk semua kontrak, dan menjadi menteri yang selalu mendeklarasikan asetnya.
Ia mengatakan tidak paham mengapa ia harus membuat laporan polisi jika uang yang hilang dari rumahnya adalah hasil korupsi.
Catatan saja, Syed Saddiq mengundurkan diri dari pemerintahan Malaysia pada akhir Februari 2020 karena "tak ingin bekerja dengan para koruptor".
Pengunduran dirinya ia lakukan setelah kemenangan aliansi politik Perikatan Nasional untuk memegang pemerintahan Malaysia.
Aliansi inilah yang kini ia tuduh menyudutkan dirinya terlibat korupsi penggelapan uang partai Bersatu.