Intisari-online.com -Saat ini Indonesia tengah berperang melawan laju infeksi Covid-19 yang makin tidak terkendali.
Seperti diceritakan oleh Komisaris Utama RSU Syubbanul Wathon, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Ialah Kiai Muhammad Yusuf Chudlori (Gus Yusuf) yang kesulitan mendapatkan oksigen bagi pasien Covid-19 di rumah sakitnya.
RSU Syubbanul Wathon menjadi salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Kabupaten Magelang.
Mereka menerima pasien Covid-19 bergejala sedang sampai berat setiap harinya.
Gus Yusuf menceritakan pernah krisis oksigen, sampai RS mencari pasokan ke Bandung, Gresik, sampai ke Markas Besar TNI Angkatan Udara (TNI AU) di Jakarta.
“Sampai kritis kita pernah. Waktu itu, tinggal 5 jam oksigen habis. Terus kita dengan segala cara, ya akhirnya jujur saya lewat beberapa pintu juga masuk harus nyari. Sampai ke Bandung, saya ngisi (oksigen) itu di lapangan udara (Lanud). Saya minta tolong, terus terang teman di Mabes AU. Itu saya dapat 60 oksigen," cerita kepada wartawan, Rabu (21/7/2021) dikutip dari Kompas.com.
Selanjutnya ia mengkritisi aplikasi Jateng Oksigen Stock System (JOSS) yang dibuat oleh Pemprov Jawa Tengah.
Menurutnya aplikasi kurang sesuai dengan namanya karena pihak RS hanya sebatas diminta mengisi data pada aplikasi itu tapi tidak ada realisasinya.
"Satgas-satgas oksigen tidak hanya sebatas aplikasi-aplikasi lah. Hari ini, rumah sakit diarahkan untuk mengisi di aplikasi. Aplikasi JOSS atau apa itu, tapi praktik di lapangannya direktur-direktur rumah sakit dilepas. Untuk berikhtiar sendiri gitu,” ujarnya.
“Ya jujur kemarin kita sampai berikhtiar mencari oksigen ke Bandung. Tiga dari yang lalu, kita dari Gresik dapat oksigen itu. Alhamdulillah bisa kita suplai juga ke RSD Merah Putih (milik Pemkab Magelang). Itu kita dapat CSR dari Pertamina, itu hasil upaya direktur-direktur sendiri,” ujarnya.
Gus Yusuf menyampaikan semoga distribusi oksigen benar-benar berjalan dengan baik, terutama karena melonjaknya permintaan oksigen.
Selain oksigen ia juga menyoroti obat yang khawatir jika tidak diatur dengan baik bisa langka.
"Yang kedua antisipasi obat. Obat ini juga sekarang sudah mulai langka lho. Ini antisipasi, kalau nanti pada minggu atau 10 hari kedepan situasi masih seperti ini akan semakin sulit obat-obatan itu,” ujarnya.
Dikatakannya, bed occupancy rate (BOR) RSU Syubbanul Wathon hampir selalu penuh, bahkan pernah 100 persen.
Sebagai antisipasi, pihak rumah telah mendirikan tenda darurat untuk menampung pasien Covid-19 yang belum dapat tertangani di IGD.
"Ya kita tetap waspada, sewaktu-waktu ada lonjakan. Kita harus siap, makanya di Syubbanul Wathon juga sudah pasang tenda. Itu kemarin sempat isi, sekitar 3-5 orang. Itu menjadi waiting list, ketika dari atas (tempat tidur) sudah longgar baru dinaikkan,” ujarnya.