Intisari-Online.com - Joe Biden menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) pada awal tahun 2021 ini.
Namunhingga pertengahan tahun 2021, Joe Biden masih belum melakukan serangan kepada lawan-lawannya.
Nyatanya itu salah.
Mendadak Pentagon melaporkan bahwa serangan udara pertama di era Presiden Biden sudah diluncurkan.
Siapa targetnya? Apakah China atau Iran?
Dilansir darisputniknews.com pada Rabu (21/7/2021), Departemen Pertahanan AS melakukan serangan udara pertama sejak pelantikan Presiden Joe Biden terhadap pasukan kelompok radikal Al-Shabaab.
Al-Shabaab adalah kelompokjihadis yang berbasis di Somalia,Afrika Timur.
Pada 2012, Al-Shabaab terikat perjanjian setia kepada organisasi Islam militan Al-Qaeda.
Tentu kita sudah tahu bahwaAl-Qaeda merupakan musuh besar bagi Amerika Serikat (AS).
Nah, terkait serangan udara itu,Komando Afrika AS (AFRICOM) melaporkantiga ekstremis Al-Shabaab tewas dalam dua serangan di Jamaame dan Deb Scinnele.
Tapi tidak ada warga sipil yang terluka atau tewas akibat serangan ini,
Mengutip juru bicara Pentagon Cindi King, Agence France-Presse menyatakan bahwa serangan terhadap kelompok ekstremis al-Shabaab terjadi di sekitar Galkayo, Somalia.
Lokasinya kira-kira 692 km timur laut Mogadishu.
Dalam laporannya, King menyatakan pertempuran antara AS dan kelompok itu masih tertunda.
Karena saat inial-Shabaab sedang terlibat pertempuran denganpasukan Somalia.
Serangan udara tunggal dilakukan oleh AFRICOM bekerja sama dengan pemerintah Somalia.
Itu merupakan serangan udara terbaru, sebelumnya seranganudara terakhir oleh AS di Somalia adalah 19 Januari 2021.
Setelah pelantikan, Presiden Biden memerintahkan peninjauan kebijakan tentang serangan pesawat tak berawak dan serangan komando di luar zona konflik konvensional.
Serta pengenaan pembatasan sementara pada operasi semacam itu.
Ini berbeda dengan pendahulunya, Donald Trump, yang dilaporkan telah memberikan kebebasan kepada militer AS di tempat-tempat seperti Somalia dan Libya sehubungan dengan serangan udara.
Pada bulan Maret, media AS melaporkan bahwa juru bicara Pentagon John Kirby menyatakan bahwa setiap serangan yang direncanakan di luar Afghanistan, Suriah, dan Irak harus diserahkan ke Gedung Putih.
Tujuannya agar presiden memastikan bahwa presiden memiliki visibilitas penuh pada usulantindakan yang diusulkan.
Menurut organisasi non-pemerintah Airwars, yang melacak korban sipil dalam serangan udara di seluruh dunia, serangan pesawat tak berawak meningkat secara signifikan selama era kepresidenan Trump.
Salah satunya 11 serangan meningkat di Somalia pada 2015 menjadi 64 pada 2019 dan 54 pada 2020.
Kelompok radikal Al-Shabaab sendiri ialah Gerakan Pemuda Mujahidin.
Di mana mereka memiliki hubungan dekat dengan organisasi teroris internasional Al-Qaeda.
Kehadiran kelompok ini telah mengobarkan perang bersenjata melawan pemerintah pusat Somalia dan menghalangi kegiatan kemanusiaan PBB.