Intisari-Online.com - KonflikLaut China Selatan telah membuat banyak negara protes ke China.
Salah satu negara yang protes ataskonflikLaut China Selatan adalah Filipina.
Ini karena Laut China Selatan juga merupakan aset penting bagi negara Filipina.
Jika diambil dari mereka atau hanya dimiliki oleh satu negara, maka negara Filipina bisa goyah.
Oleh karenanya perseteruan antara China dan Filipina semakin meningkat.
Bahkanpihak Filipina tak lagi menunggu-nunggu untuk menyerang China. Seperti yang terjadi baru-baru ini.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Selasa (20/7/2021),Penjaga Pantai Filipina mengklaim bahwa mereka menantang kapal perang dari China yang telah memasuki perairan teritorial Filipina.
Insiden ituterjadi ketika kapal patroli BRP Cabra melaporkan penampakan kapal perang dari Republik Rakyat China, yang termasuk tanda China, pada 13 Juli.
Penjaga Pantai Filipina (PCG) mengatakan mereka mengeluarkan peringatan radio kepada China sebelum berlayar lebih dekat ke arah kapal untuk mengidentifikasi aktivitasnya di perairan Filipina.
Awalnya, kapal China tidak bergerak.
Namun, setelah BRP Cabra mengeluarkan perangkat akustik jarak jauh untuk menegaskan kembali kekhawatiran mereka, Angkatan Laut PLA memilih untuk keluar dari Maria Louise Bank.
PGC menyatakan kapal China hanya merespons melalui radio setelah BRP Cabra berada 500 yard jauhnya.
“Philippine Coast Guard 4409, ini Kapal Perang Angkatan Laut China 189."
"Tolong jaga jarak dua mil laut dari kami”, Coast Guard mengklaim kapalChina akhirnya merespons.
Insiden itu menyusul ketegangan selama berbulan-bulan di Laut China Selatan.
Pada bulan Mei, hampir300kapal China terlihat berlama-lama di dekat Laut Filipina Barat.
Insiden yang dilaporkan pekan lalu terjadi hanya sehari setelah ulang tahun kelima Konvensi PBB tentang Hukum Laut yang bersejarah tentang siapa yang berhak mengklaim perairan yang disengketakan di Laut Cina Selatan.
Pengadilan arbitrase independen pada tahun 2016 mendukung Manila dan Beijing menolak keputusan itu sebagai "tidak lebih dari selembar kertas bekas".
Amerika Serikat (AS) sendiriberjanji untuk mendukung Filipina.
“Republik Rakyat China terus memaksa dan mengintimidasi negara-negara pesisir Asia Tenggara, mengancam kebebasan navigasi di jalur global yang kritis ini," kataMenteri Luar Negeri AS, Anthony Blinken.
“Kami menyerukan agar China mematuhi kewajibannya berdasarkan hukum internasional, menghentikan perilaku provokatifnya dan mengambil langkah-langkah untuk meyakinkan masyarakat internasional."
"Bahwa mereka berkomitmen pada tatanan maritim berbasis aturan yang menghormati hak semua orang. negara, besar dan kecil.”