Eropa Dilanda Bajir Parah, Ternyata Tak Hanya Pemanasan Global Penyebabnya, Apa Lagi?

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Banjir Eropa
Banjir Eropa

Intisari-Online.com - Banjir Eropa yang melanda Jerman dan wilayah lain di barat digambarkan sebagai bencana yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Hingga Minggu (18/7/2021) setidaknya 183 orang tewas dan jumlah korban dikhawatirkan masih terus meningkat.

Ini lima penyebabnya menurut para pakar yang dihubungi AFP.

Baca Juga: Wiji Thukul, Penyair dan Aktivis Pro Demokrasi Indonesia yang Hilang sejak 1998 yang Dihormati oleh Xanana Gusmao

1. Cuaca tak biasa

"Massa udara bermuatan banyak air terblokade pada ketinggian tinggi oleh suhu dingin, membuat mereka mandek selama empat hari di wilayah tersebut," terang Jean Jouzel, ahli iklim dan mantan wakil presiden Panel Antarpemerintah dalam Perubahan Iklim (IPCC).

Sebanyak 100-150 milimeter hujan turun pada 14 dan 15 Juli, menurut layanan cuaca Jerman.

Jumlah tersebut biasanya terlihat selama dua bulan.

Eropa sudah berulang kali dilanda banjir parah sebelumnya, tetapi pekan ini luar biasa dalam hal jumlah air dan kerusakan yang ditimbulkannya, menurut ahli hidrologi Jerman, Kai Schroeter.

2. Pemanasan global?

Baca Juga: Dijamin Bikin Badan Lupa Rasanya Capek, Pakar 'Cleaning Service' Bocorkan Cara Paling Cepat Bersihkan Rumah, 'Rapi Jali' Sebelum Makanan Pesanan Anda Dikirim Ojek Online

Banyak politisi Eropa menyalahkan pemanasan global atas bencana itu, tetapi sayap kanan AfD Jerman menuduh mereka memanfaatkan banjir untuk mempromosikan agenda perlindungan iklim.

"Kami belum bisa mengatakan dengan pasti bahwa peristiwa ini terkait dengan pemanasan global," kata Schroeter, tetapi "Pemanasan global membuat peristiwa seperti ini lebih mungkin terjadi".

Dalam istilah teknis, perubahan iklim berarti Bumi menjadi lebih hangat sehingga lebih banyak air yang menguap.

"Menyebabkan massa air yang lebih besar di atmosfer, meningkatkan risiko curah hujan yang tinggi," katanya.

IPCC juga mengatakan pemanasan global meningkatkan kemungkinan kejadian cuaca ekstrem.

Baca Juga: Hanya Negara Tetangga Ini yang Hampir Saingi Jumlah Infeksi Harian Covid-19 di Indonesia, Nyatanya Langkah Lockdown Total Mereka Gagal Total, Mengapa Demikian?

3. Kurangnya kesadaran

Pemerintah setempat mendapat kecaman di Jerman karena tidak segera mengevakuasi warga.

"Peramal cuaca... mengeluarkan peringatan, tetapi tidak ditanggapi serius dan persiapannya tidak memadai," kata Hannah Cloke, profesor hidrologi di Universitas Reading Inggris.

Beberapa warga juga sama sekali tidak menyadari risiko banjir hebat seperti itu.

Puluhan orang ditemukan tewas di ruang bawah tanah mereka. "Beberapa korban meremehkan bahaya dan tidak mengikuti dua aturan dasar saat hujan deras."

Baca Juga: Kedudukan Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka, Ini Beberapa Faktor Atau Gagasan yang Mendorongnya

"Pertama, hindari ruang bawah tanah yang dimasuki air. Kedua, segera matikan listrik," urai Armin Schuster yang mengepalai BBK, lembaga negara dalam bencana alam, kepada harian Bild.

4. Sungai-sungai kecil ikut meluap

Daerah yang paling parah terkena dampak adalah di dekat sungai kecil atau anak sungai tanpa penahan banjir.

"Sungai Rhine terbiasa dengan banjir dan kota-kota di sepanjang itu sudah membangun penahan, tidak seperti kota-kota dan desa-desa di sepanjang sungai-sungai kecil di kawasan itu," ungkap Armin Laschet, kepala wilayah Rhine-Westphalia Utara yang dilanda banjir Jerman.

"Ketika sungai lebih lambat dan lebih lebar, air tidak naik lebih cepat dan ada lebih banyak waktu untuk bersiap," kata ahli hidrologi Kai Schroeter.

Baca Juga: 5 Tokoh Perintis Kebangkitan Nasional, Salah Satunya Orator Andal yang Pandai Beri Semangat pada Rakyat

5. Perencanaan kota

Beberapa ahli juga menyebut penyebab banjir Eropa adalah perencanaan kota yang buruk, dan meningkatnya jumlah bangunan di jantung kawasan industri padat penduduk.

Daerah yang terkena dampak diguyur hujan sangat deras dalam beberapa minggu terakhir, membuat tanah jenuh dan tidak mampu menyerap kelebihan air.

Ketika tanah ditutupi dengan bahan buatan manusia seperti beton, tanah kurang mampu menyerap air sehingga meningkatkan risiko banjir.

"Urbanisasi... memainkan peran. Akankah jumlah korban setinggi 40 tahun yang lalu?" tanya Jouzel.

Baca Juga: Digambarkan Sebagai Pendeta yang Berambisi Merebut Permaisuri Firaun, Kisah Sebenarnya dari Imhotep Sangatlah Jauh dari Cerita The Mummy yang Membuatnya 'Jahat'

(*)

Artikel Terkait