Intisari-Online.com -Kematian Presiden Haiti Jovenal Moise masih mengejutkan banyak pihak.
Apalagi diketahuikematian Presiden Haiti itu terjadidi tangan orang-orang bersenjata di rumahnya sendiri, Rabu (7/7/2021).
Ada banyak dugaan konspirasi terkait kematianPresiden Haiti Jovenal Moise.
Di tengah itu, pada hari Kamis, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan telah mengirim pasukan AS ke Haiti.
Kedatangan pasukan AS ke Haitu itu seperti yang diminta oleh pemerintah de facto.
Dilansir darisputniknews.com pada Jumat (16/7/2021),AS telah mengirim pejabat senior FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri ke negara Karibia itu.
Tujuannya untuk membantu polisi dalam penyelidikan mereka atas pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise.
Sebab ada laporan mengenaipelaku pembunuhan itu.
Di mana Departemen Pertahanan AS telah mengkonfirmasi bahwa beberapa mantan tentara Kolombia yang ditangkap di Haiti pekan lalu sehubungan dengan pembunuhan Moise telah menerima pelatihan dari militer AS selama mereka berada di militer Kolombia.
“Tinjauan database pelatihan kami menunjukkan bahwa beberapa individuKolombia yang ditahan sebagai bagian dari penyelidikan ini telah berpartisipasi dalam program pelatihan dan pendidikan militer AS di masa lalu."
"Saat itu, mereka menjabat sebagai anggota aktif dari Pasukan Militer Kolombia,” kata juru bicara Pentagon Letnan Kolonel Ken Hoffman mengatakan kepada Washington Post pada hari Kamis.
Padahal Pentagon punya tujuan lain ketika melakukanpelatihan militer asing.
Di mana pelatihan militer asing AS dimaksudkan untuk mempromosikan penghormatan terhadap hak asasi manusia, kepatuhan terhadap aturan hukum, dan militer yang tunduk pada kepemimpinan sipil yang dipilih secara demokratis.
Kepala Polisi Nasional Haiti (PNH) Leon Charles mengatakan pasukannya menangkap 18 orang Kolombia yang diyakini sebagai bagian dari 28 orang komando yang menyerbu rumah Moise pada pagi hari tanggal 7 Juli, membunuhnya serta melukai istrinya, Martine.
Menurut otoritas militer Kolombia, 17 dari mereka adalah mantan tentara yang telah meninggalkan dinas antara 2018 dan 2020.
Lalu dua orang warga AS juga ditangkap.
Satu di antaranya adalah mantan penjaga keamanan di kedutaan Kanada di Port-au-Prince dan satu lagi adalah mantan informan Badan Penegakan Narkoba AS (DEA).
Sejak pembunuhan Moise, penjabat Perdana Menteri Claude Joseph telah diakui oleh AS dan PBB sebagai pemimpin de facto negara tersebut, meskipun penggantinya ditunjuk oleh Moise hanya sehari sebelum Moise terbunuh.
Joseph mengumumkan keadaan darurat dan meminta dukungan AS dan PBB.
Termasuk pengerahan pasukan untuk mempertahankan infrastruktur utama dari geng-geng bersenjata.
AS sendiri telah setuju untuk mengirim beberapa bantuan penegak hukum senior dan memberikan PNH dana 5 juta Dolar AS.
AS memang telah bekerja erat dengan militer dan polisi Kolombia sejak awal abad ke-20.
Dan soal pelaku pembunuhanMoise, sebagian dari mereka adalah tentara bayaran.
Jenderal Eduardo Zapateiro, kepala Angkatan Darat Kolombia, mengatakan bahwa tentara Kolombia sering direkrut sebagai tentara bayaran setelah dinas wajib mereka selesai karena semua pengalaman mereka.
“Sayang sekali mereka menggunakan pengalamannya untuk hal-hal yang buruk,” tambahnya.