Depok Babak Belur Dihantam Krisis Covid-19, Hanya Dalam 1 Bulan Kasus Melonjak hingga 19 Kali Lipat, Situasi Rumah Sakit dan Puskesmas Berubah Mencekam Seperti Ini

Mentari DP

Editor

Krisis Covid-19 di Depok.
Krisis Covid-19 di Depok.

Intisari-Online.com - Tak hanya Jakarta, krisis Covid-19 di Depok juga sama parahnya.

Bahkan karena krisis Covid-19 di Depok, pasien Covid-19 harus berjuang sendiri untuk hidup.

Mereka tidak bisa dirawat di rumah sakit karena penuh dan hanya bisa mengisolasi diri di rumah masing-masing.

Baca Juga: Rumah Sakit Saja Sudah Angkat Tangan, Beginilah Nasib Pasien Covid-19 di Indonesia,Meninggal di Jalanhingga Jenazah Tergeletak di Depan Rumah

Akibatnya25 kematian pasien Covid-19 di luar fasilitas kesehatan sejak Juni 2021 terjadi di Depok, Jawa Barat.

Namun jumlah aslinya mungkin lebih tinggi karena banyak pasien Covid-19 yang meninggal belum terlaporkan.

Hal itu disampaikan olehKepala Dinas Kesehatan Kota Depok Novarita.

"Terjadinya orang yang melakukan isolasi mandiri di rumah itu kan karena kapasitas di rumah sakit memang terbatas."

"Keterisian rumah sakit luar biasa meningkat di akhir Juni dan awal Juli ini," kata Novarita kepada Kompas.com pada Kamis (15/7/2021).

"Memang tidak memungkinkan semuanya masuk rumah sakit. Dipilah-pilah sekali."

Baca Juga: Jadi Negara dengan Kasus Harian Covid-19 Tertinggi di Dunia, Makin Banyak Negara yangHentikan Penerbangan dari Indonesia

"Yang masuk rumah sakit adalah yang berat dan kritis. Yang di rumah adalah OTG, gejala ringan, dan gejala sedang," jelasnya.

Namun ternyata pasien dengan gejala ringan dan sedang mendadakmengalami penurunan saturasi oksigen di bawah normal (<95).

Akibatnya beberapa mengalami sesak napas dan butuh pemantauan.

Namun petugas kesehatan yang seharusnya memantau sudah kewalahan. Bahkan beberapa juga terinfeksi Covid-19.

Novarita mengakui bahwa sumber daya puskesmas yang semestinya jadi garda terdepan pemantauan pasien isolasi mandiri juga sudah kewalahan.

Ini karena banyaknya pekerjaan serta sejumlah petugas terpapar Covid-19.

"Sekitar 10 persenlah (petugas puskesmas yang terpapar Covid-19). Setiap puskesmas pasti ada saja," ujar Novarita.

"Makanya, jadi puskesmas agak-agak kewalahan karena melayani banyak kegiatan," lanjutnya.

Ketika banyak nakes yang terpapar Covid-19, maka pertolongan ke warga semakin sedikit.

Akibatnya kian banyak pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri rentan mengalami perburukan dan tak berhasil ditangani.

Novarita mencurigai ada beberapa faktor krisis Covid-19 di Depok.

Baca Juga: Duh, Sempat Dikirim ke Laut China Selatan, Mendadak Kapal Induk Termahal di Dunia Ini Dihantam Wabah Covid-19,Kini Sedang Berada di Lokasi Dekat Indonesia Ini

"Apakah karena varian Delta jadi begitu cepat, berbeda dengan varian yang sebelumnya?

"Apa mungkin karena kondisi masyarakat yang daya tahan tubuhnya rendah sehingga banyak yang terjadi perburukan," lanjut Novarita.

Terakhir, Novarita melaporkan kasus virus corona di Depok melonjak hingga 19 kali lipat dibandikan bulan lalu.

Pada periode 15 Juni-14 Juli 2021, sudah terdapat 333 warga Depok meninggal dunia akibat Covid-19 berbanding 47 kematian akibat Covid-19 pada 15 Mei-14 Juni 2021.

Jika dirata-rata, selama sebulan terakhir, 10 warga Depok meninggal setiap hari akibat Covid-19.

Itu pun belum menghitung jumlah kematian pasien suspek/probabel yang kemungkinan terpapar Covid-19 namun meninggal tanpa konfirmasi tes PCR.

Baca Juga: Salip India, Kini Indonesia Jadi Negara dengan Kasus Harian Covid-19 Tertinggi di Dunia, Kasus Kematian Tertinggi ke-2 di Dunia

Artikel Terkait