Intisari-Online.com - Lonjakan kasus virus corona di Indonesia benar-benar sudah memporak-porandakan seluruh negeri.
Bagaimana tidak lonjakan kasus virus corona di Indonesia langsung membuat rumah sakit kolaps.
Dilaporkan rumah sakit sudah tidak bisa lagi menerima pasien positif Covid-19.
Akibatnya beberapa pasien terpaksa ditangani tanpa medis hingga akhirnya beberapa dari mereka kehilangan nyawa.
Koordinator Jaringan Rakyat Miskin Kota (JRMK) Eny Rochayati menyampaikan dua alasan mengapa Indonesia darurat Covid-19.
Pertama, dia menyaksikan sendiri bagaimana lonjakan kasus Covid-19.
Dan kedua, ketidaksiapan pemerintah dalam menangani pandemi ini telah berdampak sangat buruk terhadap masyarakat.
Terlebih lagi terhadap warga miskin.
Dilansir dari kompas.com pada Kamis (15/7/2021), banyak warga miskin yang tidakmendapatkan akses ke fasilitas kesehatan.
Padahal mereka sudah merasakan gejala Covid-19. Alhasil mereka harus bertahan di rumah.
Ada sebagian yang sembuh dengan sendirinya. Namun tak sedikit pula yang mengembuskan napas terakhirdi dalam rumah mereka sendiri.
"Kejadian kematiannya tinggi sekali."
"Setiap hari, ada kematian, paling tidak itu dua orang. Gejalanya sama, sesak napas," ujar Eny.
Contoh kejadian pada akhir Juni 2021 lalu.
Di manawarga Sunter, Tanjung Priok, Jakarta Utara, dikagetkan dengan temuan jenazah seorang pria lanjut usia di depan rumahnya.
Warga sama sekali tidak berani mendekatatau mengevakuasi jenazah tersebut. Ini karenakorban terkonfirmasi positif Covid-19.
Usut punya usut, pria lanjut usia itu meninggal dengan kondisi rumah sepi.
Mirisnya, anak dari pria tersebut diketahui juga positif Covid-19 dan tengah menjalani isolasi mandiri di sebuah hotel ketika ayahnya tewas.
Setelah lebih dari 12 jam berada di depan rumahnya, jenazah akhirnya dibawa menggunakan ambulans untuk dikubur di TPU Rorotan, Jakarta Utara, seperti dilansirTribunnews.com.
Alasan begitu lamanya jenazah dievakuasi lantaran antrean mobil ambulans.
Itu baru satu kasus. Setidaknya ada46 pasien meninggal dunia saat menjalani isolasi mandiri di rumahnya di Jakarta.
Ada juga kisah pasien yang meninggal dalam upaya mencari pertolongan. Di mana mereka hanya bisa pasrah setelah ditolak beberapa rumah sakit.
Ada juga yang meninggaldunia ketika harus antre menunggu penanganan medis di tenda darurat.
Keluarga mengaku, sang pasien tak kunjung mendapat penanganan sehingga akhirnya dibawa pulang.
Hanya saja, dalam perjalanan pulang itu, kerabat Eny meninggal dunia, tepatnya pada 7 Juli 2021.