Muka Dua Taliban, Ditasbihkan Jadi Kelompok Teroris Islam Terkuat di Dunia, Malah Abaikan Penderitaan Muslim Uighur untuk Bekerjasama dengan Musuh AS Ini, Umat Islam dalam Bahaya

Maymunah Nasution

Editor

Kamp konsentrasi Uighur di Xinjiang. Taliban tergiur bekerjasama dengan China, abaikan penderitaan umat Muslim Uighur yang disiksa oleh China
Kamp konsentrasi Uighur di Xinjiang. Taliban tergiur bekerjasama dengan China, abaikan penderitaan umat Muslim Uighur yang disiksa oleh China

Intisari-online.com -Saat Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, menarik pasukannya dari Afghanistan, tidak ada yang mengira kelompok militan Taliban akan segera mendapatkan koalisi.

Namun ternyata, hal itu benar-benar terjadi.

Perang Afghanistan yang dulunya diluncurkan AS setelah serangan 9/11 oleh Osama Bin Laden kini sudah sepakat diakhiri.

AS sudah tidak sanggup menanggung perang yang sudah berjalan selama hampir 20 tahun itu.

Baca Juga: Dari Runtuhnya Uni Soviet, Perang Saudara di Afghanistan, Hingga Berkuasanya Taliban dan Serangan Teroris, Inikah yang Terjadi Setelah Soviet Tinggalkan Afghanistan?

Namun dengan ditariknya pasukan AS dari Afghanistan, banyak warga Afghanistan yang merasa takut.

Ketakutan itu disebabkan satu hal: Taliban.

Sebagai kelompok militan Islamis paling ketat di dunia, Taliban terkenal keji menghukum siapa saja yang tidak mereka sukai.

Tetap saja, sejak kabar AS mengakhiri perang Afghanistan, tidak ada yang terpikir jika Taliban bisa bersekutu dengan China.

Baca Juga: Tarik Pasukannya, Amerika Malah Rugi Bandar, Kini Harus Bersiap Angkut 100.000 Penduduk Afghanistan untuk Tinggal di Amerika, Apa Alasannya?

China terkenal dengan kekejaman mereka terhadap satu minoritas Muslim: Uighur, yang dikabarkan ditahan oleh pemerintah China dalam kamp konsentrasi.

Bagaimana mungkin keduanya bekerja sama? Ternyata memang mungkin.

Mengutip CNN, mengikuti penarikan pasukan AS dari Afghanistan, Taliban kembali berkuasa, mengambil kendali sebagian besar negara itu.

Betapa cepatnya pasukan keamanan Afghanistan kalah kepada Taliban telah mengejutkan banyak orang, dan menuntun pada kekhawatiran bahwa Kabul bisa jatuh musim gugur mendatang.

Baca Juga: Ditinggalkan Militer Amerika, 22 PrajuritAfghanistan Langsung Ditembak Mati oleh Taliban, Joe Biden Ngaku Ogah KirimBala Bantuan,'Kami Sudah Selesai'

Namun Taliban sudah merencanakan masa depan bersama China.

Juru bicara Taliban kepada South China Morning Post awal minggu ini mengatakan China adalah "teman ramah" dan pembicaraan terkait rekonstruksi seharusnya dimulai "secepat mungkin."

Kemungkinan pemerintah China bekerjasama dengan Taliban setelah hubungn AS-Afghanistan mungkin tidak serta merta tercipta.

Diketahui, Afghanistan tetap menjadi musuh kunci dalam perkembangan wilayah yang direncanakan China.

Baca Juga: Disebut-Sebut Bakal Dapatkan Peluang Emas Ini Jika Gantikan Amerika di Afghanistan, Militer China Malah Diprediksi Akan Alami Kegagalan, Ini Alasannya

Mei kemarin, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan Beijing berdiskusi dengan Islamabad dan Kabul untuk memperpanjang China-Pakistan Economic Corridor (CPEC) ke Afghanistan, termasuk memperluas jaringan perdagangan dan transportasi antara tiga negara.

China juga tidak menolak untuk berurusan dengan Taliban, dengan menerima secara publik kelompok militan itu di Beijing pada September 2019 lalu untuk pembicaraan perdamaian.

Muka dua Taliban

Taliban sementara itu telah memperjelas bersedia mengabaikan semua keluhan yang dirasakan.

Baca Juga: Amerika Tarik Pasukan, China Buru-buru Dekati Afghanistan untuk Tujuan Besar Ini, Apa yang Sebenarnya Diincar Tiongkok?

Juru bicara Taliban mengatakan kepada Wall Street Journal awal bulan ini kelompok itu tidak memiliki niat untuk mengkritik kekejaman China kepada umat Muslim Uighur di Xinjiang.

"Kami peduli mengenai serangan kepada Muslim… tapi kami tidak akan ikut campur dengan hubungan dalam negeri China," ujarnya.

Senator Pakistan Mushahid Hussain, kepala Institut Pakistan-China, mengatakan Taliban lebih "pragmatis" daripada yang berkuasa di Taliban sebelumnya.

Kelompok teroris itu memandang China sebagai "pemangku kebijakan kredibel" di Afghanistan.

Baca Juga: Selain Laos, Inilah Negara di Dunia yang Diprediksi Bangkrut dan Gulung Tikar, Imbas dari Ambil Utang Terlalu Besar dari China Demi Bangun Proyek-proyek Bombastis yang Juga Baru Dibangun di Indonesia

"(Jika mereka berkuasa) mereka akan memerlukan dukungan China untuk stabilitas dan rekonstruksi Afghanistan. Mengganggu China adalah resep utama untuk menciptakan bencana bagi Taliban," ujarnya.

Sebaliknya, kerusakan terkait situasi keamanan Afghanistan juga akan sangat mengganggu China.

Mereka telah berinvestasi besar-besaran di Asia Tengah lewat skema perdagangan dan infrastruktur Belt and Road.

Beberapa tahun terakhir, militan Islamis telah menyerang warga kewarganegaraan China dan ketertarikan mereka kepada provinsi Balochistan di Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan.

Baca Juga: Sebut Negaranya Sudah Jatuh Dalam Cengkeraman China hingga Hampir Bangkrut, Menteri Pakistan Ini Malah Bongkar Kondisi Pakistan Termasuk Apa yang Diberikan China

Prospek kekerasan ke depannya menciptakan kondisi tidak nyaman bagi Beijing, demikian pula dengan tumbuhnya militan China menemukan suaka di wilayah perbatasan Afghanistan yang tidak dikenai hukum.

Sejauh ini pemerintah China belum mengumumkan respon terhadap keuntungan Taliban.

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, sedang mengunjungi Turkmenistan, Tajikistan dan Uzbekistan minggu ini.

Ia diperkirakan membahas isu Afghanistan dengan lawan bicaranya selama perjalanan itu.

Baca Juga: Amerika Ketar-ketir, Jika Terus Pedulikan Perang dengan China, Mereka Akan Kehilangan Sekutu Senjata Nuklir Kuat di Asia, Apa yang Mereka Lakukan?

Namun, dalam unggahan media sosial yang viral, Hu Xijin editor media pemerintah China, Global Times, mengatakan Taliban menganggap China "seorang teman."

Global Timessementara itu, menyebut media Barat mencoba menghancurkan hubungan Taliban-Beijing dengan mempertanyakan Xinjiang.

"Barat tidak peduli terkait HAM manusia Uighur. Mereka hanya berharap menghancurkan hubungan Taliban-Beijing," ujarnya.

Artikel Terkait