Intisari-Online.com - Virus corona varian Delta sudah masuk ke Indonesia.
Diduga masuknya virus corona varian Delta ke Indonesia itu bersamaan dengan masuknya WNA asal India yang datang ke Indonesia.
Diketahui pada akhir April 2021, setelah India dihantam gelombang kedua pandemi virus corona, banyak warga India kabur ke luar negeri.
Salah satu negara tujuan mereka adalah Indonesia.
Tercatat ada 132 WNA asal India yang masuk ke Indonesia melaluiBandara Soekarno-Hatta menggunakan pesawat carter.
Hasilnya, belasan orang dari rombongan itu dinyatakan positif Covid-19.
Selain Indonesia, WNA asal India juga kabur ke beberapa negara lain. SepertiMaladewa dan Dubai.
Hebatnya, mereka yang kabur ke Dubai rata-ratamenggunakan jet pribadi.
Menurut JetSetGo, perusahaan penyewaan jet pribadi, permintaan jet pribadi naik 900% dalam beberapa pekan.
Sebagian besar pesanan datang dari India.
"Orang kaya India yang meninggalkan India dengan jet pribadi," kata CEO JetSetGo Kanika Tekriwal.
Datangnya WNA asal India ke Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) itu langsung menyebabkan lonjakan kasus virus corona varian Delta di sana.
Dilansir darithenationalnews.com pada Jumat (9/7/2021), sekitar satu dari tiga kasus Covid-19 di UEA adalah varian Delta yang sangat menular.
Hal itu disampaikan pihak berwenang UEA pada hari Minggu.
Pihak berwenang UEA mengatakan jumlah kematian di negara itu telah meningkat dan ini disebabkan oleh penyebaran mutasi, tidak mengikuti protokol, dan tidak mengambil vaksin.
Padahal pihak berwenang UEA sudah menekannya pentingnya melakukan vaksinasi untuk memastikan kesehatan bersama.
Namun dibanding Indonesia yang kewalahan menghadapivarian Delta, negara UEA lebih santai dan masih membuka negaranya.
Mengapa?
Ternyata itu semua karena vaksinasi.
Strain yang paling umum ditemukan di UEA adalah strain Beta dengan 39,2 persen, diikuti oleh Delta sebesar 33,9 persen, dan terakhir Alpha dengan 11,3 persen.
Data yang diterima dari beberapa negara menunjukkan risiko masuk rumah sakit dua kali lipat setelah infeksi varian Delta dibandingkan dengan Alpha.
Namun pemerintah UEAtelah menyediakan vaksin Covid-19 kepada lebih dari 71 persen dari total populasi, yang mewakili 91,8 persen dari kategori yang memenuhi syarat.
Para pejabat juga membahas penggunaan vaksin yang berbeda, tetapi mengatakan orang harus berkonsultasi dengan dokter mereka.
Pengarahan tersebut dipimpin oleh Farida Al Hosani, juru bicara sektor kesehatan UEA.
Di UEA juga adaaplikasi smartphone melacak status vaksinasi, hasil Covid-19 dan apakah tes PCR masih valid atau tidak.
"Saat ini semua bekerja secara efisien dan efektif seperti biasa dan semua pengguna bisa mendapatkan hasil PCR usap hidung, tes darah laser DPI dan status vaksinasi melalui aplikasi," tulis National Emergency, Crisis and Disaster Management Authority (Ncema) di Twitter.
Pengujian massal dan salah satu upaya vaksinasi tercepat di dunia telah membantu UEA mengekang penyebaran virus corona.
Kasus telah meningkat menjadi lebih dari 2.000 tetapi turun dari hampir 4.000 pada Januari.
Pihak berwenang telah memberikan lebih dari 15 juta dosis vaksin dan melakukan sekitar 56,65 juta tes.
Pada hari Kamis, Abu Dhabi mengumumkan telah mengimunisasi semua pengemudi bus umum dan lebih dari 80 persen pengemudi taksi.