Pria Lebih Berisiko Terinfeksi Covid-19 dengan Gejala Parah, Ilmuwan Ungkap Penyebabnya

Khaerunisa

Editor

(ilustrasi) Pria lebih berisiko terinfeksi Covid-19 dengan gejala parah.
(ilustrasi) Pria lebih berisiko terinfeksi Covid-19 dengan gejala parah.

Intisari-Online.com - Berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui tentang Covid-19 yang telah menginfeksi ratusan juta orang di dunia.

Seperti yang telah banyak dibicarakan sejak pandemi ini terjadi, ada kelompok-kelompok tertentu yang dianggap lebih berisiko terhadap infeksi Covid-19 dibanding kelompok lainnya.

Diketahui, pria merupakan kelompok yang lebih mungkin menderita kasus Covid-19 gejala parah dan lebih berisiko mengalami kematian.

Terkait hal tersebut hasil sebuah penelitian baru baru-baru ini diterbitkan di jurnal Science Signaling.

Baca Juga: Diwaspadai Lebih Kebal Vaksin dari Beberapa Varian Covid-19 Lain, Inilah Varian Lambda yang Bertanggung Jawab Atas 82 Persen Kasus Baru di Peru

Penelitian tersebut mengungkap bahwa pasien Covid-19 pria lebih mungkin mengalami peningkatan kadar asam kynurenic, produk metabolisme asam amino – dibandingkan dengan pasien Covid-19 wanita.

Hal itulah yang mempengaruhi bagaimana pria lebih berisiko atas gejala Covid-19 yang lebih parah.

Kadar asam kynurenic yang tinggi ini juga biasanya dikaitkan dengan beberapa penyakit, seperti skizofrenia dan penyakit terkait HIV.

Pasien pria dengan kasus Covid-19 yang parah juga lebih mungkin memiliki rasio asam kynurenic yang tinggi terhadap kynurenine - produk sampingan dari asam amino L-triptofan yang digunakan untuk membuat nutrisi niasin.

Baca Juga: 3 Obat Biduran Alami untuk Meredakan Gatal-gatal, dari Lidah Buaya hingga Bawang

Diungkapkan bahwa perbedaan respons kekebalan tubuh antara jenis kelamin yang berbeda dapat menjelaskan tentang fenomena pria lebih berisiko atas gejala Covid-19 yang lebih parah.

"Kita tahu bahwa pria berisiko lebih tinggi daripada wanita tertular Covid-19 yang parah dan perbedaan jenis kelamin dalam respons kekebalan tubuh, memberikan penjelasan yang meyakinkan untuk fenomena ini," kata Caroline Johnson, asisten profesor epidemiologi di Yale School of Public Health dan penulis senior studi ini.

"Kami juga mengetahui bahwa respons imun diatur sebagian oleh metabolit, dan temuan baru ini menawarkan jendela kunci ke dalam mekanisme yang mendasari, bagaimana penyakit Covid-19 ini memengaruhi pasien wanita dan pria secara berbeda," jelasnya.

Johnson smenjalin kerja sama dengan Akiko Iwasaki, Profesor Imunobiologi dan Biologi Molekuler, Waldemar Von Zedtwitz.

Baca Juga: Di Zaman Rasul Budak-Budak Dibebaskan, Abad Ke-21 Ini Malah Pangeran Arab Saudi Dituduh Masih Lakukan Perbudakan Modern, Negara Ini Lokasinya

Nama-nama tersebut sebelumnya telah memimpin tim peneliti dalam mengidentifikasi perbedaan signifikan, dalam cara sistem kekebalan tubuh perempuan dan laki-laki merespons virus corona yang menyebabkan Covid-19.

Sementara itu, tim tersebut mendapatkan dukungan dari dana respon cepat Yale School of Public Health.

Mereka mempelajari sampel darah yang diambil dari 22 pasien wanita dan 17 pasien pria di Rumah Sakit Yale New Haven setelah terkonfirmasi infeksi Covid-19.

Para peneliti secara positif mengidentifikasi 75 metabolit, yang merupakan produk molekuler dari proses pencernaan dan metabolisme seluler.

Baca Juga: Hadapi Kesialan Bertubi-tubi Semasa Hidupnya, Ternyata Pemilik 5 Weton Ini Malah Diprediksi Akan Sukses Besar di Masa Tua, Mungkinkah Anda Salah Satunya?

Para peneliti terlebih dahulu menyesuaikan usia pasien, indeks massa tubuh, jenis kelamin, dan karakteristik lainnya, kemudian menentukan ada 17 metabolit yang terkait dengan infeksi Covid-19.

Analisis lebih lanjut mengungkapkan hubungan yang kuat, antara tingginya tingkat asam kynurenic serta tingginya rasio asam kynurenic untuk kynurenine dalam respons imun pria dan hasil pasien covid-19 yang lebih buruk.

Menurut Johnson, studi jalur khusus jenis kelamin seperti ini memberikan petunjuk utama, tentang bagaimana penyakit ini menginfeksi dan membuat orang sakit.

Dengan pengetahuan dari penelitian seperti itu, maka dapat memunkinkan diciptakan pengobatan yang lebih efektif untuk penyakit Covid-19 yang mengerikan ini dan penyakit serupa, katanya.

Baca Juga: Pantas Saja Invasi China ke Taiwan Dikecam Seluruh Dunia, Belum Apa-apa Jepang Sudah Merasa Terancam oleh Kebrutalan Negeri Panda, Sampai Minta Tolong Amerika Lakukan Ini

(*)

Artikel Terkait