Intisari-Online.com - Catatan sejarawan Sima Qian menunjukkan bahwa Sun Tzu berasal dari periode Spring dan Autumn, di kisaran tahun 771-476 SM.
Sun Tzu yang lahir di dinasti Qi, awalnya mengabdi pada Raja Helu di Kerajaan Wu pada kisaran tahun 512 SM.
Di situ, potensinya yang luar biasa sudah terlihat.
Bahkan dia sampai diperebutkan banyak sekali kerajaan di China kuno yang membutuhkan saran tentang strategi perang.
Reputasi ini didapat Sun Tzu pasca-memenangkan Perang Boju, yang bahkan dianggap tak mungkin dimenangkan dengan cara apapun.
Segala taktik, daya upaya, strategi, atau apapun itu yang dijalankan Sun Tzu, hampir tak pernah meleset.
Selalu telak dan berhasil.
Berbekal pengalaman itulah, Sun Tzu akhirnya menulis "Art of War", yang tak hanya jadi pegangan di era Dinasti Zhao, Qi, Qin, Chu, Han, Wei, dan Yan, tapi juga di masa sekarang--karena konteks "perang" bisa mewujud dalam hal apapun.
Negara Barat pun tak ketinggalan mempraktikkan semua yang ditulis Sun Tzu.
Membuat peperangan dan penaklukan serasa jadi hal yang mudah saja.
Laksana Alexander yang Agung atau Napoleon Bonaparte yang dikenal sebagai ahli strategi ulung, petuah Sun Tzu juga bisa membuat lawan tunduk dan takluk dalam sekali tekuk.
Mulai Mao Zedong, Jendral Vo Nguyen Giap, Jendral Douglas MacArthur dan banyak petinggi militer dunia, mengacu pada "Art of War" sebagai rujukannya.
Di era sekarang, strategi dari Sun Tzu juga banyak dipakai di bidang manajemen bisnis.
Tujuannya sama, untuk membuat lawan bertekuk lutut.
Hebatnya lagi, strategi ala Sun Tzu mampu membuatnya mudah tanpa perlu keluar banyak tenaga.
"Know thy self, know thy enemy. A thousand battles, a thousand victories."
(*)