Intisari-online.com - Pada malam tadi Kapal Motor Penumpang (KMP) Yunicee tenggelam di perairan wilayah Gilimanuk, Bali, pada Selasa (29/6/21).
Dugaan sementara kapal tenggelam akibat terseret ombak laut tinggi di perairan dekat dengan Gilimanuk.
Sebelum tenggelam KMP Yunicee sedang menunggu kesempatan bersandar ke Pelabuhan Gilimanuk.
Namun, kapal tersebut tiba-tiba terseret arus ke arah selatan karena ombak besar, sedangkan kekuatan mesin tak bisa mengimbanginya.
Kapal itu mulai miring, dan akhirnya tenggelam ke sisi kanan dalam waktu yang cukup singkat.
KMP Yunicee diketahui mengangkut 41 penumpang, 12 anak buah kapal (ABK), dengan total 53 orang di dalamnya.
Hingga Selasa malam ada 33 penumpang ditemukan selamat, 14 orang masih dalam pencarian.
Selain itu, insiden ini mengingkatkan akan kasus tenggelamnya kapal feri yang cukup mengerikan di Korea Selatan.
Meski insiden Yunicee tak semengerikan insiden di Korea Selatan, namun keduanya sama-sama kecelakaan kapal Feri.
Insiden tersebut dikenal dengan tenggelamnya kapal feri Sewol, terjadi pada 2014 silam.
Namun, upaya pencarian korban berlangsung cukup lama yaitu pada 2017 pencarian masih dilakukan.
Tahun 2017, satu set kerangka ditemukan dari bangkai Kapal Feri Sewol, diidentifikasi sebagai satu dari empat siswa yang belum ditemukan sejak 2014.
Kapal berbobot 6.800 ton itu tenggelam di lepas pantai barat daya negara itu, dalam satu kecelakaan paling buruk dan merengut 300 nyawa.
Sebagian besar adalah siswa sekolah menengah yang sedang bertamasya.
Sembilan korban tidak ditemukan dalam pencarian 2017, dan kapal Sewol ditemukan pada Maret 2017.
Salah satu orang tua korban mengenang saat putrinya meninggal dalam insiden tenggelamnya kapl feri terburuk itu.
"Saya memimpikan putri saya beberapa hari yang lalu," kata seorang ayah korban kepada Straits Times.
"Dia tersenyum dalam mimpi. Saya memegang tangannya erat-erat dan memeluknya dan hari ini, dia kembali seperti ini," tambahnya.
Korban itu bernama Huh, 17, suka menari dan menyanyi, merawat anak-anak di sekolah Minggu di gerejanya, dan ingin menjadi guru taman kanak-kanak, lapor kantor berita Yonhap.
Saat helikopter mengambil orang-orang yang selamat dari dek kapal yang tenggelam, dia menyerahkan gilirannya kepada teman-temannya, kenang orang tua itu.
Dalam pencarian tahun 2017 itu, tujuh orang lainnya masih belum ditemukan termasuk seorang guru, tiga siswa dan tiga penumpang lainnya.
Tenggelamnya Sewol dan upaya penyelamatan yang gagal memberikan pukulan telak bagi presiden yang digulingkan Park Geun Hye.
Investigasi menyimpulkan bencana itu adalah hasil dari banyak faktor manusia, termasuk desain ulang ilegal, ruang kargo yang kelebihan beban, dan kru yang tidak berpengalaman.