Intisari-Online.com - Ketegangan tengah terjadi antara Rusia dan negara barat, terutama Inggris.
Baru-baru ini Rusia mengklaim telah memberikan tembakan peringatan dan menjatuhkan bom kepada kapal perang Inggris yang dianggap melanggar wilayahnya.
Sementara Kementerian Pertahanan Inggris membantah klaim itu, dan menyatakan HMS Defender hanya melewati perairan Ukraina.
Klaim ini menjadi babak terbaru ketegangan antara Rusia dengan negara Barat di kawasan Laut Hitam.
Setelah dibantah Inggris, Rusia merilis video saat kapalnya memberikan tembakan peringatan kepada kapal perusak Inggris di Laut Hitam.
Video tersebut dirilis Biro Keamanan Federal Rusia (FSB) pada Kamis (24/6/2021) sebagaimana dilansir Russian Today.
Rusia juga menuduh Inggris dan Amerika Serikat mencoba memicu konflik di Laut Hitam.
Di tengah ketegangan Rusia dengan negara barat, negeri beruang merah merilis latihan militrnya di Mediterania.
Melansir Aljazeera (23/6/2021), Latihan itu dilakukan beberapa hari setelah Moskow mengklaim telah melepaskan tembakan peringatan ke kapal perang Inggris di Laut Hitam.
Militer Rusia telah meluncurkan manuver menyapu di Laut Mediterania yang menampilkan pesawat tempur yang mampu membawa rudal hipersonik.
Unjuk kekuatan ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan menyusul insiden dengan kapal perusak Inggris di Laut Hitam.
Latihan Rusia yang dimulai pada hari Jumat di Mediterania Timur datang ketika kelompok penyerang kapal induk Inggris berada di daerah tersebut.
Awal pekan ini, pesawat tempur F-35 Inggris dan AS dari HMS Queen Elizabeth menerbangkan serangan mendadak melawan kelompok ISIL (ISIS).
Rusia sendiri telah melancarkan kampanye militer di Suriah sejak September 2015, yang memungkinkan pemerintah Presiden Bashar al-Assad untuk merebut kembali kendali atas sebagian besar negara itu setelah perang saudara yang menghancurkan.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan sepasang jet tempur MiG-31 yang mampu membawa rudal hipersonik Kinzhal tiba di pangkalan udara Rusia di Suriah untuk latihan tersebut.
Pangkalan udara Hemeimeem, di provinsi pesisir Latakia, berfungsi sebagai pusat utama operasi Moskow di negara itu.
Baca Juga: Inilah Isi Manfaat dan Kegunaan Ketumbar dalam Serat Centhini, Apa Saja?
Aljazeera melaporkan, ini adalah pertama kalinya pesawat tempur yang mampu membawa Kinzhal dikerahkan di luar perbatasan Rusia.
Militer mengatakan bahwa Kinzhal terbang dengan kecepatan 10 kali kecepatan suara dan memiliki jangkauan hingga 2.000 km (sekitar 1.250 mil).
Kementerian Pertahanan mengatakan manuver di Mediterania Timur melibatkan beberapa kapal perang, dua kapal selam dan pembom jarak jauh Tu-22M3 bersama dengan pesawat tempur lainnya.
Tu-22M3 berkemampuan nuklir supersonik pertama kali dikerahkan ke Suriah bulan lalu dalam demonstrasi peningkatan pijakan militer Rusia di Mediterania.
Militer Rusia telah memodernisasi landasan pacu di Hemeimeem untuk mengakomodasi pembom berat dan membangun landasan kedua untuk memperluas operasi di sana.
Selain itu, Rusia juga telah memperluas dan memodifikasi pangkalan angkatan laut di pelabuhan Tartus Suriah, satu-satunya fasilitas yang saat ini dimiliki di luar bekas Uni Soviet.
Militer Rusia telah meningkatkan jumlah dan ruang lingkup latihannya di tengah ketegangan pahit dalam hubungan dengan Barat.
Hubungan yang telah tenggelam ke posisi terendah pasca-Perang Dingin setelah pencaplokan Moskow atas Semenanjung Krimea Ukraina pada 2014.
Sebagai bagian dari upaya Presiden Vladimir Putin untuk memperkuat militer Rusia, angkatan laut dalam beberapa tahun terakhir telah menghidupkan kembali praktik era Soviet yang terus-menerus memutar kapal perangnya di Mediterania.
Berbicara kepada wartawan pada hari Minggu di atas kapal HMS Queen Elizabeth, Komodor Steve Moorhouse mengatakan Mediterania Timur telah menjadi lebih "padat dan diperebutkan".
Hal itu dengan kehadiran militer Rusia yang lebih berat di Suriah, yang mengakibatkan pertemuan rutin dengan kapal dan pesawat tempur Rusia.
Dia mencatat bahwa kapal perang Rusia telah datang dalam jarak 16 km (10 mil) dari kapal induk.
Baca Juga: Bagaimana Memahami Pancasila Sebagai Norma Dasar Negara yang Fundamental?
(*)