Intisari-Online.com - Konflik Israel-Palestina telah menyebabkan kerusakan yang parah.
Khususnya terjadi pada gadis-gadis muda dan wanita-wanita Palestina.
Apalagi bagi mereka yang ditangkap oleh tentara Israel lalu dijebloskan dipenjara Israel.
Akibat konflik Israel-Palestina, inilah kisah wanita-wanita Palestina yang dipenjara di Israel seperti dilansir dariaa.com.tr pada Selasa (29/6/2021).
Di koridor yang panjang, para agen intelijen Israel berdiri dan bertepuk tangan dengan sarkastik saat para sipir membawa Mays Abu Ghosh (24) yang diborgol ke sel interogasi militer.
“Mereka mengejek saya, mengatakan saya akan mati dalam interogasi,” kata Mays kepada Anadolu Agency.
Di tengah siklus menstruasinya, Mays diikat ke kursi dengan tangan dan pergelangan kakinya dan meregangkan tubuhnya menjadi bentuk pisang selama berjam-jam, membuatnya tidak bisa tidur.
“Saya tidak bisa berjalan, para sipir menahan saya di sel,” tambah Mays.
Tangan May terus-menerus berdarah karena belenggu.
Dia menolak untuk menjalani sesi interogasi militer lagi, jadi petugas intelijen itu menangkap Mays dan membantingnya ke dinding.
"Mereka tidak memberi saya tampon atau pakaian dalam yang saya butuhkan di masa sulit ini untuk wanita mana pun di dunia."
Mays berasal dari kamp pengungsi Qalandiya.
Dia adalah seorang mahasiswa jurnalisme dan media di Universitas Birzeit yang ditangkap pada 29 Agustus 2019, dan kemudian mengalami penyiksaan mengerikan di sel isolasi selama 33 hari di Pusat Interogasi Al-Maskobya.
Selama kurungan di fasilitas terkenal, dia kehilangan 12 kilogram.
Bahkan dia menderitaluka dan memar akibat pelecehan yang dia alami.
Mays sering meminta obat penghilang rasa sakit untuk mengurangi rasa sakit di kepala dan ototnya, tetapimerekamenolak.
Selama sesi interogasi, petugas dengan sengaja memaksa Mays untuk mendengar jeritan para tahanan yang disiksa secara fisik dalam interogasi militer, sambil juga mengancam bahwa apa yang akan terjadi padanya akan lebih mengerikan.
“Mereka mengancam saya bahwa saya akan mati atau lumpuh di sini, dan mereka juga mengancam akan memperkosa saya,” katanya.
Mays dijatuhi hukuman 16 bulan penjara atas tuduhan berpartisipasi dalam kegiatan mahasiswa ilegal.
Selama dekade terakhir, Israel telah menahan lebih dari 414 siswa dan menjadikan mereka interogasi, pengadilan, dan penahanan administratif.
“Di seluruh dunia, partisipasi dalam kegiatan mahasiswa adalah hak."
"Tetapi di sini kami ditangkap karena itu dan menjadi sasaran penyiksaan kriminal di penjara-penjara Israel,” kata Mays.
Tak hanya Mays, agen intelijen Israel jugamengancam akan menghancurkan rumah mereka dan menangkap anggota keluarga.
Rumah Mays dihancurkan pada 2016 setelah tentara Israel membunuh adik laki-laki.
Mays lalu diletakkan di salah satu sel selama beberapa hari dengan tikus yang menyerangnya saat dia tidur.
Dia benar-benar terisolasi selama 33 hari, tidak dapat berkomunikasi dengan pengacara atau kelompok hak asasi manusia mana pun.
Dia hidup dalam kondisi yang mengerikan karena siksaan terus-menerus yang dia alami.