Bak Lingkaran Kematian, Inilah Insiden Sigonella, Kala Pasukan Delta Forces AS Saling Kepung dengan Pasukan Italia, PM Italia pun 'Dikondisikan' Ronald Reagan

Khaerunisa

Penulis

Perdana Menteri Italia (1983-1987), Bettino Craxi - Presiden AS (1981-1989), Ronald Reagan.
Perdana Menteri Italia (1983-1987), Bettino Craxi - Presiden AS (1981-1989), Ronald Reagan.

Intisari-Online.com - Italia dan Amerika Serikat memulai hubungan yang mesra pasca Perang Dunia II.

Mereka pun bersepakat untuk membendung pengaruh komunis pada masa Perang Dingin.

Namun, di balik hubungan baik mereka, pernah terjadi sebuah insiden di mana pasukan militer keduanya saling kepung, menciptakan momen dramatis yang tak terlupakan.

Peristiwa itu dikenal sebagai insiden Sigonella, karena terjadi di Sigonella, Sisilia, Italia.

Baca Juga: 100 Rekan Sejawatnya Meninggal karena Virus Corona, Dokter dan Perawat di Italia Trauma: Kami Sampai Bertanya Siapa Berikutnya yang Terinfeksi

Sigonella adalah tempat pangkalan Angkatan Udara Amerika berada.

Dimulai dari niat Amerika untuk mengepung teroris Palestina yang membunuh seorang Yahudi Amerika di kapal pesiar Italia, Achille Lauro.

Misi itu justru berkembang menjadi insiden yang dramatis di antara AS dan Italia.

Bahkan, sejak saat itu, Perdana Menteri Italia, Bettino Craxi, tak lagi menjadi sekutu yang baik bagi Amerika.

Baca Juga: Tumben Israel Mengutuk Perlakuan China Terhadap Muslim Uighur, Ditekan Amerika?

Melansir historyofyesterday.com (13/1/2021), Terjasi pembajakan kapal pesiar Italia oleh teroris dari Front Pembebasan Palestina (PLF) pimpinan Abu Nidal terjadi pada 7 Oktober 1985.

Saat itu, ada 201 penumpang dan 344 anggota awak di dalamnya.

Diketahui kemudian bahwa target mereka bukanlah kapal pesiar, melainkan kota Ashdod di Israel, di mana kapal pesiar itu memiliki jadwal persinggahan.

Para teroris menuntut pembebasan 50 tahanan Palestina di Israel dengan imbalan nyawa penumpang kapal.

Baca Juga: Inilah Tokoh Berpengaruh Nasionalis di Palestina pada Masa Perang Dunia II, yang ‘Belajar’ dari Pemimpin Nasionalis Jerman, Kejahatan Perangnya Tak Bisa Diadili!

Giulio Andreotti, Menteri Luar Negeri Italia saat itu, menghubungi Hafiz al-Asad, diktator Suriah, untuk menjadikannya mediator.

Al-Asad berhasil meyakinkan para teroris untuk mengubah arah dan masuk ke perairan Mesir.

Perdana Menteri Italia bersedia berunding dengan para teroris demi menghindari insiden dramatis apa pun.

Sementara Ronald Reagan, Presiden Amerika saat itu, menolak kemungkinan kesepakatan dengan teroris.

Baca Juga: 6 Bulan Sudah Satgas Nemangkawi Tumpas KKB Papua, Apa Hasilnya?

Pembajakan kapal itu berakhir dengan Abu Abbas, pendiri dan pemimpin Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) meyakinkan para teroris untuk berlabuh di Port Said, di Mesir.

Kesepakatan tercapai dengan orang-orang Palestina akan diberikan kekebalan dengan imbalan pembebasan penumpang.

Sebuah solusi yang didukung oleh Pemerintah Italia tetapi ditentang keras oleh Pemerintah Amerika.

Pembajakan memang telah berakhir dalam tiga hari setelah dimulai, tetapi insiden internasional sedang berlangsung.

Baca Juga: Kirsty Sword, Sosok Ibu Negara Timor Leste Pertama setelah Merdeka dari Indonesia, Bertemu Xanana Gusmao ketika Jadi Mata-mata di Jakarta

Ketegangan lain terjadi antara kedua negara ketika Amerika berupaya memburu para teroris yang ternyata melakukan pembunuhan di atas kapal pesiar Italia tersebut.

Setelah mencari tahu apa yang terjadi di atas kapal, baru ditemukan bahwa Leon Klinghoffer, seorang Yahudi Amerika yang cacat, telah terbunuh.

Diketahui sebuah pesawat dengan empat teroris di dalamnya lepas landas dari Mesir menuju Tunisia, tempat Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) didirikan pada saat itu.

Ronald Reagan diberitahu tentang pembunuhan itu dan segera memerintahkan angkatan bersenjata Amerika di daerah itu untuk membajak pesawat Mesir dan membawanya ke pangkalan udara Amerika di Sigonella, Sisilia.

Baca Juga: Bisa Dikira Pilek Musiman, Ini Gejala Covid-19 Varian Delta yang Telah menginfeksi Ratusan Orang di Indonesia

Meski sempat keberatan, tetapi setelah melakukan pembicaraan dengan Michael Ledeen, seorang konsultan untuk CIA, PM Italia menerima untuk memberi Amerika otorisasi mendarat di Sigonella.

Tapi dengan syarat, bahwa pembajak akan ditindak sesuai hukum Italia karena Kapal Pesiar Achille Laura berasal dari pabrikan Italua.

Pada tengah malam tanggal 11 Oktober, pesawat mendarat dengan para teroris di dalamnya. Lima puluh tentara Italia pun mengepungnya.

Namun, alangkah terkejutnya Italia ketika mendapati bahwa beberapa tentara Delta Force juga bergegas mengitari pesawat, serta mengepung orang-orang Italia yang memegang senjata.

Baca Juga: Jelas-jelas Lakukan Teror ke Taiwan, China Malah Tuduh Amerika JadiBiang Keladi di Taiwan, Sampai Siapkan Hal Ini Jika Perang dengan AS Terjadi

Bahkan, orang Amerika memutuskan untuk mematikan semua lampu bandara.

Beberapa saat kemudian, anggota lain dari angkatan bersenjata Italia berkumpul di bandara dan mengepung Amerika.

Craxi yang berang karena Reagen dianggap mencederai kewenangan Italia, mengirim pasukan Carabinieri untuk mengepung pasukan elit AS.

Momen menjadi semakin dramatis dengan keduanya melakukan upaya saling kepung.

Baca Juga: Ratusan Mayat Kembali Muncul di Tepian Sungai Gangga, Bahkan Ada yang Masih Memakai Selang Oksigen, Temuan Memicu Kecurigaan Ini

Lima jam terjadi kebuntuan, di mana Craxi dan Reagen saling beradu argumen lewat saluran telepon.

Pada akhirnya, otoritas Amerika memutuskan untuk menyerahkan teroris Palestina kepada Italia seiring semakin banyaknya pasukan Italia yang dikirim ke lokasi insiden.

Insiden internasional antara Italia dan Amerika memang berakhir, tetapi sejak saat itu, Craxi tidak akan menjadi sekutu yang baik lagi bagi Amerika.

Keempat pembajak diadili atas persetujuan bersama, disaksikan pejabat militer AS.

Baca Juga: Wilayahnya Hancur Lebur Akibat Serangan Israel, Rekonstruksi Gaza Dikhawatirkan Terhambat Karena Hamas dan Otoritas Palestina yang Tak Akur, Takut Dana Bantuan Gaza Disalahgunakan PA

Pada tahun 1986, mereka divonis dengan hukuman penjara antara 15-30 tahun.

Insiden ini membuat perusahaan pembuat kapal pesiar Achille Laura memperketat sistem keamanannya.

Sementara itu, akibat insiden tersebut, PM Craxi perlahan kehilangan dukungan dari AS, dan puncaknya ia tersandung kasus korupsi besar-besaran yang dinamai "Tangentopoli", membuatnya kabur ke Hammamet, Tunisia.

Itulah peristiwa tak terlupakan Italia dan Amerika yang dikenal sebagai insiden Sigonella.

Baca Juga: Kutukan Kematian Grigori Rasputin 'Mampu' Menghancurkan Kekaisaran Rusia, Beginilah Kisah Rahib 'Gila' Asal Rusia Itu

(*)

Artikel Terkait