Advertorial
Intisari-Online.com - Para dokter dan perawat di Italia mengalami trauma setelah lebih dari 100 rekan sejawat mereka meninggal karena virus corona.
Di tengah duka yang dirasakan, tim medis berusaha tetap bertugas secara profesional setelah banyak kolega mereka terpapar dan harus dikarantina.
Lebih dari 12.000 pekerja kesehatan di Italia positif terinfeksi virus corona, seperti dilaporkan Sky News Senin (6/4/2020).
Di salah satu rumah sakit di Brescia, kawasan Lombardy, lebih dari 300 staf medis di sana terpapar virus bernama resmi SARS-Cov-2 itu.
Wali Kota Emilio Del Bono meminta bantuan setelah ruang perawatan intensif Spedali Civili harus dikosongkan.
Sebab, mereka kekurangan staf yang sehat.
Kepada Sky News, Direktur Unit Penyakit Menular Spedali Civili, Profesor Francesco Castelli, mengungkapkan tekanan psikologis yang mereka terima.
"Kami sampai bertanya siapa berikutnya (terinfeksi)."
"Tentu saja ini berpengaruh karena selain kolega, kami juga teman," kata Castelli.
Salah satu tekanan yang diungkapkan Castelli, pekerja medis begitu takut jika menularkannya ke keluarga ketika mengisolasi diri di rumah.
Castelli menuturkan, mereka terpaksa terisolasi di rumah selama satu bulan karena takut jika ada keluarganya yang sampai terpapar.
"Jika Anda menyatukannya, beban kerja, rasa lelah, capek yang kami alami, tentu ini menguras psikologi kami," papar Profesor Castelli.
Baca Juga: Siapa Sangka, Mata Memerah Rupanya Gejala Covid-19 yang Dilupakan Banyak Pihak
Laporan Sky News kemudian beralih ke satu dari rumah sakit yang khusus difokuskan bagi penanganan Covid-19 di ibu kota Italia, Roma.
Fasilitas tersebut memang belum terisi penuh.
Tetapi staf di Rumah Sakit Covid 3 sudah bekerja lebih dari masa tugas mereka.
Direktur kesehatan Antonio Marchese kemudian menunjukkan ruang perawatan intensif, dan menyebut bahwa situasi di sana pesante.
Secara harafiah, arti pesante adalah "berat".
Menunjukkan bagaimana dokter dan perawat bekerja 14 jam sekali sif di tengah ketakutan mereka akan wabah.
Marchese menerangkan, mereka bekerja secara sukarela dan memberikan kemampuan terbaik saat bertugas di garda terdepan dalam merawat pasien.
Dia mengatakan bahwa tim medis bekerja dengan sangat hati-hati, dan mengikuti segala prosedur agar mereka tidak tertular.
Meski begitu, rasa ketakutan tetap ada di kalangan medis, di mana mereka menyebut virus corona ini "menghantam bagaikan tsunami".
Di tengah perjuangan para pakar memahami wabah, bukti yang ada memperlihatkan pekerja di garis depan risikonya lebih besar.
"Tapi, situasinya kami temukan ketika isu ini sudah membesar," terang Flavia Ricardo, peneliti di Institut Kesehatan Publik.
Ricardo menjelaskan, satu hal yang mereka ketahui dari virus ini adalah mereka bisa menular dengan sangat baik di layanan kesehatan.
Dia memaparkan penyakit ini biasanya ditularkan melalui tetesan besar.
Tetapi dalam perkembangannya, menyebar melalui udara.
"Jadi wabah ini menyebar cepat. Tentu, mereka yang berisiko terpapar adalah mereka yang melakukan kontak dengan pasien, dan terlibat dalam prosedur medis," jelasnya.
Sky News memberitakan, generasi dokter dan perawat di Negeri "Pizza" saat ini tetap bekerja sembari memastikan diri mereka selamat dari situasi yang tak pernah dibayangkan sebelumnya.
"Keadaan yang telah meninggalkan Italia dalam kondisi trauma dan saat ini, telah menyebar di seluruh dunia," ulas Sky News.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "100 Rekan Sejawatnya Meninggal karena Virus Corona, Dokter dan Perawat di Italia Trauma"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari