Intisari-online.com - Proses biologis hamil dan melahirkan biasanya adalah tugas betina, entah hewan ataupun manusia.
Akan tetapi sebuah percobaan aneh pernah dilakukan oleh China dengan memaksa seekor tikus jantan untuk hamil.
Bahkan dalam penerlitian tersebut, tikus jantan itu tak hanya dipaksa hamil tetapi juga melahirkan.
Menurut The Sun pada Kamis (17/6/21), melaporkan bahwa sebuah tim di Universitas Kedokteran Angkatan Laut China, telah mencoba mambuat tikus jantan hamil dan melahirkan.
Menurut laporan itu, ada 4 langkah yang dilakukan oleh China untuk membuat tikus jantan hamil.
Sayangnya penelitian yang dinilai melawan kodrat itu ternyata menggunakan cara-cara mengerikan untuk membuat si tikus hamil.
Termasuk membuatnya bergabung dengan tikus betina, ungkap laporan tersebut.
Berikut ini ada 4 cara yang dilakukan oleh peneliti China untuk membuat tikus jantan hamil, meski pada akhirnya dikecam oleh organisasi hewan dunia.
Pertama adalah menggabungkan tikus jantan dan tikus betina yang dikebiri menjadi satu tubuh.
Langkah kedua adalah menanamkan rahim tikus betina lain namun bukan yang berpasangan dengan jantan ke dalam tubuh jantan sebelum menanamkan embrio ke jantan dan betina.
Pada tahap selanjutnya, embrio akan berkembang dalam 21,5 hari.
Setelah itu, dokter akan mengeluarkan bayi tikus dari tubuh tikus jantan.
Akhirnya, para ilmuwan akan "membedah" kedua tikus tersebut dan menemukan bahwa tikus jantan tersebut dapat terus hidup selama 3 bulan setelah operasi.
Studi menunjukkan bahwa tikus yang lahir dari percobaan dapat hidup sampai dewasa tanpa masalah kesehatan, kata para ilmuwan.
Namun, para ilmuwan juga menemukan bahwa "beberapa janin tikus mati secara tidak normal".
Mereka memiliki "bentuk dan warna yang berbeda dari janin normal" atau mengalami atrofi dan pembengkakan plasenta.
Dalam makalah mereka, tim menulis, "Untuk pertama kalinya, kami telah menghasilkan mamalia jantan hamil."
"Studi kami menunjukkan bahwa perkembangan embrio normal dapat terjadi pada mamalia jantan. Hasil ini dapat memiliki implikasi mendalam bagi bidang penelitian biologi reproduksi," katanya.
Namun, penasihat Emily McIvor, seorang peneliti kebijakan sains dengan organisasi kesejahteraan hewan PETA (AS), mengutuk penelitian para ilmuwan China.
Dia memprotes dengan mengatakan bahwa hewan tidak boleh dianggap "sampah" sekali pakai.
Dalam studi yang dikutuk ini, setelah dikebiri dan dilebur ke betina, tikus jantan ditransplantasikan ke rahim betina sebelum ditanamkan dengan embrio.
Semua untuk melihat apakah mereka bisa 'bereproduksi' 'berhasil atau tidak.
Eksperimen mengejutkan ini murni untuk rasa ingin tahu dan tidak membantu kita dalam memahami sistem reproduksi manusia.
"Hewan layak untuk hidup dalam damai daripada dibesarkan di laboratorium. diuji dan diperlakukan sebagai hewan sekali pakai," kata McIvor.