Intisari-online.com -Varian virus Corona sudah semakin banyak, salah satunya adalah varian Delta yang terbukti berbahaya.
Varian ini berasal dari India, dan kini sudah masuk ke Indonesia.
Setelah lebaran 2021 ini, varian Delta menyebar di Kudus, Jawa Tengah.
Kini varian Delta tidak hanya di Kudus, tapi juga di sejumlah daerah lainnya berdasarkan hasil penelitian whole genome sequencing (WGS) yang dilakukan oleh tim dari Universitas Gajah Mada.
Dari 34 sampel ada 28 sampel yang merupakan kasus varian Delta, sekitar 82%.
Namun varian ganas ini masih bisa ditangkal dengan vaksin.
Salah dua vaksin yang ampuh adalah vaksin Covid-19 AstraZeneca dan Pfizer.
Dikutip dari Kompas.com mengutip laman resmi AstraZeneca, AstraZeenca mengklaim perlindungan tingkat tinggi terhadap varian Delta.
Demikian juga hasil dari Public Health England (PHE) menunjukkan 92% vaksin AstraZeneca efektif mencegah rawat inap setelah 2 dosisnya diberikan ke manusia sehat.
Vaksin ini juga ampuh menangkal varian Covid-19 B.1.1.7 atau Alpha yang awalnya ditemukan di Inggris sampai 86%.
Data terbaru juga menunjukkan respon sel T yang kuat terhadap vaksin Covid-19 AstraZeneca, sehingga menghasilkan perlindungan yang tinggi dan tahan lama.
"Bukti nyata ini menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca memberikan perlindungan tingkat tinggi terhadap varian Delta, yang saat ini menjadi area kritis yang menjadi perhatian karena penularannya yang cepat," kata Mene Pangalos, Executive Vice President, BioPharmaceuticals R&D.
"Data menunjukkan bahwa vaksin akan terus memberikan dampak yang signifikan di seluruh dunia mengingat vaksin tersebut terus menyumbang sebagian besar pasokan ke India dan fasilitas Covax," lanjutnya.
Vaksin selanjutnya yang tahan melawan varian Delta Covid-19 adalah vaksin Pfizer-BioNTech.
Riset PHE menunjukkan vaksin Pfizer-BioNTech 96% efektif mencegah kebutuhan rawat inap dari penderita yang terinfeksi varian Delta.
Tingkat perlindungan itu sebanding dengan virus Corona varian Alpha yang muncul dari Inggris.
Artinya meskipun varian Delta mengurangi efektivitas vaksin terhadap infeksi bergejala, dua dosis vaksin Covid-19 bisa melindungi dari keparahan varian Delta.
Sayangnya saat ini di Indonesia sudah banyak yang mendapat vaksin dan bukan dua vaksin yang ampuh tersebut.
Pertanyaannya, apakah orang yang sudah divaksinasi Covid-19 dengan vaksin kurang ampuh bisa mendapat vaksinasi lagi?
Sejauh ini, menggandakan vaksinasi untuk satu individu kebanyakan hanyalah hipotesa saja.
Suplai yang masih ada terbilang terbatas membuat sulit bagi seseorang mendapatkan 2 vaksin kecuali seseorang itu mencurangi otoritas penyedia vaksin.
Secara teknis biasanya asuransi kesehatan berniat membayar lebih dari satu vaksin.
"Ini sama sekali bukan pertanyaan konyol," ujar Florian Krammer, profesor vaksinologi di Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York, dikutip dari nationalgeographic.com.
Sebagai gambaran agar persepsi sama, vaksin 2 kali artinya 4 kali suntikan vaksin.
"Kami selalu meneliti, menggunakan platform vaksin berbeda karena, kadang, kami mendapat hasil menarik."
Secara teori, ketika Anda menerima vaksinasi, Anda memperkenalkan bagian dari virus yang tidak bisa membuat Anda sakit, tapi cukup untuk mengaktifkan respon imun.
Banyak vaksin tradisional yang diberikan saat kecil memerlukan booster, suntikan lain beberapa bulan atau tahun ke depan yang bertindak sebagai penguat guna memastikan tubuh menerima suntikan pertama dan memiliki instruksi jelas untuk menyerang masuknya patogen tertentu di masa depan.
Itu adalah cara menciptakan blokade perlindungan dan memperkuat ingatan imunologi tubuh.
"Dalam kasus di mana Anda punya kekhawatiran jika vaksin kehilangan efikasinya, pengukuran paling mudah adalah dengan booster," ujar Alessandro Sette, profesor di Pusat Penyakit Infeksi dan Penelitian Vaksin di La Jolla Institute for Immunology di California.
Namun karena Anda sudah menerima suntikan pertama, tubuh Anda sudah dipicu.
"Booster memperkenalkan respons ingatan. Anda mulai dari ingatan imun, itulah indahnya," ujar Sette.
Yang belum diketahui adalah apakah Anda mendapat respon lebih kuat dengan vaksin virus Corona yang berbeda.
Dalam imunologi, konsep itu dikenal dengan "peningkatan utama heterologi" dan beberapa studi tunjukkan jika itu bisa menjadi cara lebih efektif untuk merancang vaksin terutama untuk penyakit yang menantang seperti malaria, TBC dan HIV.
Penelitian ini bernama studi Com-Cov yang sudah dilaksanakan di Inggris untuk menguji kemungkinan penggunaan vaksin AstraZeneca, Pfizer, Moderna, dan Novavax.
Baru-baru ini Inggris juga sudah melegalkan vaksinasi ulang atau 4 kali suntikan vaksin dengan 2 tipe vaksin yang berbeda, ditambah injeksi booster ketiga sebagai bagian melindungi manusia terhadap varian-varian yang tahan terhadap vaksin.
Penelitian tunjukkan respon imun 26 individu berusia 25-46 tahun yang diberikan satu dosis AstraZeneca, diikuti satu dosis Pfizer, kemudian dua dosis vaksin itu diulangi lagi.
Hasilnya tunjukkan antibodi meningkat 4 kali lipat dalam melawan varian Alpha, tapi tingkat kekuatan ini masih lebih rendah terhadap varian Beta dan juga varian Delta, melansir dari The Guardian.
Namun hasil vaksinasi 4 suntikan ini masih lebih tinggi daripada yang hanya diberikan vaksinasi 2 kali suntikan saja.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini