Advertorial
Intisari-online.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat setidaknya ada 104 kasus corona varian delta atau B.1.617 dari India.
Varian ini sudah masuk ke Indonesia, dan dipercaya muncul di Kudus.
Namun, menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Kemenkes, Siti Nadia Tirmidzi mengatakan, varian delta sudah menyebar ke beberapa daerah di Indonesia.
Meski demikian, Nadia mengingatkan vaksin Covid-19 masih efektif memberikan perlindungan.
Nadia mencontohkan vaksin Sinovac yang digunakan untuk kesehatan, terbukti memberikan perlindungan kematian mencapai 98 persen.
Selain itu, Nadia mengatakan vaksin AstraZaneca efektif memberikan perlindungan pada penularan virus corona varian delta dan alpha menurut riset Public Health England (PHE).
"Jadi sekarang WHO menyarankan untuk mempercepat vaksinasi, efikasi dari vaksin terus terganggu, kita sebenarnya sudah memiliki pertahanan untuk melawan virus tersebut," ujar Nadia.
Di sisi lain Nadia tak menampik kasus Covid-19 terus meningkat di Indonesia akibat dari penyebaran varian delta dan alpha.
Dianggap sebagai salah satu varian yang berbahaya, varian delta terkonfirmasi berdasarkan hasil penelitian Wjole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan oleh tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ketua Tim Peneliti WGS FK-KMK UGM Gunadi mengatakan, ditemukan 28 dari 34 sampel sekitar 82 persen, merupakan varian delta.
Kasus Covid-19 di Kudus belakangan memang mendapat banyak sorotan setelah meningkat tajam dalam waktu singkat.
Infeksi virus corona varian delta ini pada dasarnya mirip dengan infeksi virus asalnya.
Akan tetapi, varian Delta membuat gejala tersebut menjadi terasa lebih parah dan sulit ditangani oleh tim medis, sehingga disebut berbahaya.
Profesor kedokteran darurat dan kesehatan internasional di John Hopkins University Dr Bhakti Hansoti, menyebutkan beberapa gejaka virus corona varian delta sebagai berikut:
Tim profesor epidemiologi genetika di King's College London, Tim Spector menyebut gejala yang timbul akibat infeksi virus ini terasa seperti flu parah.
"Covid sekarang berbeda, dia lebih menyerupai flu yang parah. Orang-orang mungkin berpikir hanya mengalami flu musiman dan mereka tidak menyadarinya, kami pikir ini masalahnya," kata Tim.
Selain itu beberapa gejala juga ditemukan paling banyak dari penderita virus corona varian delta adalah sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek dan demam.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut varian ini berbahaya, dan sangat menular.
Bahkan bisa mengelabuhi sistem kekebalan tubuh.
Menurut Dokter di China, pasien yang terinfeksi varian delta akan lebih cepat memburuk.
Sebanyak 12 persen, pasien di China mengalami sakit parah atau kritis, hal ini bisa terjadi dalam tiga hingga empat hari gejala pertama kali muncul.