Seperti diketahui, masyarakat Mesir Kuno biasanya akan membongkar bagian dalam tubuh calon mumi untuk menghilangkan korban untuk kemudian membungkus jasad dengan kain.
Sementara itu, dalam kebudayaan suku Anga, hal pertama yang dilakukan terhadap jasad yang akan dimumifikasi adalah mendudukannya di atas asap selama tiga bulan lamanya.
Dalam kebudayaan suku yang terdiri atas 45.000 anggota tersebut, cara ini dipercaya akan mengawetkan mayat.
Nah, setelah fase pengasapan inilah proses pengosongan organ dalam tubuh jasad dilakukan. Dan inilah fase paling mengerikan.
Baca Juga: Bagaimana DNA Suku Papua Nugini Ungkap Spesies Manusia yang Telah Punah Ratusan Tahun Lalu?
Bayangkan saja, jasad yang digantung di atas api dan menggembung akan disodok dengan tongkat tepat di bagian anus.
Tujuannya adalah untuk mengalirkan cairan serta merontokkan organ yang berada di dalam tubuh calon mumi.
Wajah menjadi bagian terpenting, sebab dalam budaya mereka, satu-satunya cara untuk melestarikan sosok seseorang yang meninggal adalah dengan melihat secara fisik wajah abadinya.
“Jika kita memiliki foto, mereka (suku Anga) memiliki mumi,” tutur Lohmann. ”Suku Anga percaya bahwa roh-roh akan berkeliaran secara bebas pada siang hari dan kembali ke dalam tubuh mumi mereka pada malam hari. Tanpa melihat wajah mereka, roh-roh tersebut tidak dapat menemukan tubuh mereka sendiri dan berkeliaran selamanya.”
Baca Juga: Pengakuan Kepala Suku Papua, Ketika Dahulu Kehadiran Aparat Membuat Takut Warganya Karena Alasan Ini
KOMENTAR