Intisari-Online.com -BUMN (badan usaha milik negara) merupakan perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh negara.
Tujuan didirikannya BUMN adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat, serta memenuhi kebutuhan masyarakat.
BUMN adalah perusahaan yang juga bertanggung jawab langsung pada pemerintah, dalam hal ini lewat Kementerian BUMN.
Saham yang dimiliki pemerintah di perusahaan BUMN merupakan bentuk penyertaan kekayaan yang dipisahkan.
Meski bertujuan mensejahterakan masyarakat, namun BUMN juga kerap diberitakan memiliki banyak utang.
BUMN sering disebut besar pasak daripada tiang. Bagaimana kondisi sebenarnya?
Didik J. Rachbini, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), mengatakan kinerja laba perusahaan pelat merah tidak sebanding dengan utang besar yang dimilikinya.
Berdasar data yang dia dapatkan, utang seluruh BUMN saat ini tercatat Rp 1.682 triliun pada periode Januari-September 2020.
Angka tersebut melonjak tajam jika dibandingkan 2018 (Rp 1.251,7 triliun) dan 2019 (Rp 1.393 triliun).
Sementara itu disisi lain, berdasarkan data Kementerian Keuangan, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) atas laba 10 BUMN terbesar di 2020, diperkirakan hanya sekitar Rp 40 triliun.
Melansir Tribunnews.com, hanya sebanyak 5 BUMN yang realisasi PNBP-nya diperkirakan di atas Rp 1 triliun.
5 perusahaan itu adalahBank BRI (Rp 11,8 triliun), Bank Mandiri (Rp 9,9 triliun), Pertamina (Rp 8,5 triliun), Telkom Indonesia (Rp 8,0 triliun), dan Bank BNI (Rp 2,3 triliun).
Didik dalam diskusi Indef secara virtual, Rabu (24/3/2021) mengatakan, "Utang BUMN ini cukup besar. Sampai akhir tahun itu kira-kira Rp1.680an. BUMN ini sekarang penyerahan laba ke pemerintah kecil, tapi utangnya ribuan triliun."
Didikkembali menambahkan, perusahaan-perusahaan pelat merah ini harus bertindak untuk mengeksekusi kegiatan ekonomi.
Seperti melakukan berbagai penugasan dari pemerintah.
Namun, di sisi lain, BUMN memiliki utang yang cukup banyak dan akan terbebani dari adanya penugasan-penugasan Pemerintah tersebut.
Didik meurutkan, "BUMN ini seperti binatang, antara diperlukan atau tidak diperlukan. Diperlukan karena dia mengeksekusi kegiatan ekonomi, tetapi disisi lain beban utangnya banyak."