Tak Puas Paksa Negara Tetangga Indonesia 'Surga Kasino' Tempat Judi, China Juga Jadi Cukong yang Babat Hutan Negara Ini Demi Pendulang Cuan

Maymunah Nasution

Penulis

Praktik illegal logging di Papua Nugini untuk masuk ke pabrik-pabrik di China
Praktik illegal logging di Papua Nugini untuk masuk ke pabrik-pabrik di China

Intisari-online.com -Papua Nugini dikabarkan akan dimodernisasi oleh China lewat pembangunan kasino dan tempat judi.

Tujuannya adalah membangun Papua Nugini seperti Las Vegas.

Pembangunan yang jelas-jelas paksaan itu ternyata tidak berhenti sampai situ.

Dilansir dari The Guardian, pohon yang ditebang secara ilegal jatuh di hutan Papua Nugini yang semakin gundul.

Baca Juga: Punya Ambisi Muluk Jadi Negara Kulit Hitam Terkaya Sejagat, Tetangga Indonesia Ini Mati-matian Bangun Bisnis Haram, Lagi-lagi Warga China yang Akan Dapat Keuntungan

Namun gelonggongan kayu itu mungkin berakhir menjadi lantai kayu di sebuah rumah di Sydney atau rak buku di sebuah rumah di Seattle.

Penebangan kayu ilegal menyumbang antara 15-30% perdagangan kayu global menurut Interpol.

China adalah pembeli terbesar dari kayu ilegal dunia, menurut kelompok LSM lingkungan, terutama dari negara Pasifik seperti Papua Nugini dan Kepulauan Solomon yang terlibat dalam penebangan ilegal atau tidak berkelanjutan.

Nasib kayu ini dari hutan Pasifik ke rumah-rumah di negara Barat melalui kapal pengangkut dan pabrik China adalah jalur yang gelam.

Baca Juga: Coba Contek Cara Indonesia untuk Rebut Tambang Emas Raksasa Miliknya, Papua Nugini Malah Terpaksa Besepakat dengan 'Setan', Kondisi Ini Pemicunya

Namun menurut data bea cukai dan pengiriman, dan penemuan dari penyelidikan dua tahun oleh LSM internasional Global Witness, tampak seperti ini:

Ketika kayu jatuh misal di distrik Pomio provinsi Inggris Baru Timur, mereka dimasukkan dalam kapal kargo besar yang kemungkinan terdaftar di Panama, kemudian dalam 2 minggu kapal berlayar sebelum sampai di China.

Lebih dari 90% ekspor kayu dari Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Tonga dan Vanuatu berakhir di China.

Kayu tersebut berpindah beberapa ratus kilometer berikutnya sampai Sungai Yangtze melewati pusat keuangan Shanghai dan kapal berhenti di mana sungai melebar dan mulai membelok di Zhangjiagang, zona impor komersial canggih yang menerima 75% dari impor kayu China.

Baca Juga: Ingin Seperti Las Vegas, Negara Tetangga Indonesia Ini Mendadak Ingin Bangun Kasino Senilai Rp613,5 Miliar, Padahal Untuk Makan Saja Warganya Kesusahan

Informasi publik mengenai siapa yang memiliki kayu di kapal itu sulit ditemukan.

Penyelidikan LSM Global Witness 2016 temukan bahwa 15 perusahaan bertanggung jawab untuk hampir 85% dari impor kayu Papua Nugini, meskipun beberapa hanya jadi agen bagi perusahaan lain.

Sebagian besar ekspor kayu Papua Nugini yang bernilai lebih dari 620 miliar Dolar AS tahun 2019 datang dari sewa bisnis pertanian khusus, sewa bisnis lahan yang kontroversial dan sudah dinyatakan ilegal tahun 2016 tapi berlanjut beroperasi sampai sekarang.

Banyak perusahaan China membeli dari operasi milik Malaysia SABL di Papua Nugini, dan mengirimkan kapal langsung ke pabrik atau distributor mereka.

Baca Juga: 'Ada Jalur Rahasia di Luar Negeri', Terkuak Ternyata KKB Papua Gunakan 2 Jalur Tersembunyi di Dua Negara Ini Untuk Selundupkan Senjata Api

Lainnya bisa membeli lewat agen yang ada di pelabuhan atau seperti perusahaan kayu besar Ningbo Jianfa, mempromosikan produk mereka di media sosial China.

Walaupun banyak pembeli China khawatir, faktanya penjualan kayu sampai dapat meninggalkan Papua Nugini membuktikan perdagangan itu legal.

"Mereka pastinya punya izin atau sertifikat sampai mampu memotong kayu di negara-negara itu, kurasa," ujar Zhuo Weiyong, manajer di perusahaan kayu China kepada Guardian.

"Apa yang kami impor semuanya legal, kami biasanya membeli kayu dari warga Malaysia di Papua Nugini dan Kepulauan Solomon. Mengenai situasi ilegal logging, aku tidak tahu banyak tentang itu."

Baca Juga: Tak Berguna, Proyek Super Mahal Timor Leste Ini Justru Bikin Negara Masuk Jebakan Utang China

Sampai proses impor, sumber kayu masih bisa dikenali, dengan informasi termasuk spesies atau nomor pengenal tempat penebangan kayu dicat di kayu atau ada kode menempel di belakang kayu.

Namun ketika sudah masuk ke pabrik misal di pabrik lantai kayu terbesar China di Nanxun, tanda pengenal mulai hilang.

Produk-produk dicampur bersama untuk dipotong ukuran lebih kecil agar bisa menjadi lantai kayu.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait