Intisari-online.com -Krisis kesehatan Malaysia memburuk saat kasus Covid-19 meningkat drastis menjadi bertambah secara eksponensial.
Secara persentase, tingkat infeksi harian di Malaysia kini ungguli India.
Menyungkil Asia Times, dengan jumlah catatan pasien sakit kritis memenuhi hampir 1200 ranjang ICU, sistem kesehatan saat ini berada di titik paling rapuh di tengah laporan dokter memberikan prioritas perawatan kepada pasien yang punya kesempatan pulih lebih besar.
Negara tetangga itu telah melihat peningkatan kasus Covid-19 melonjak lima kali lipat sejak awal tahun 2021 dan beberapa hari berturut-turut sewaktu liburan Idul Fitri itu kasus harian mencapai ribuan.
Infeksi terbaru sedang dilacak untuk acara perkumpulan melanggar aturan social distancing dan pembatasan yang diberlakukan akhir bulan Ramadan.
Penularan harian telah lama melampaui perkiraan Kementerian Kesehatan Malaysia, yang memperkirakan mencapai 8000 kasus pada 5 Juni jika protokol kesehatan tidak ditaati.
Namun pada 29 Mei, Malaysia sudah mencatat 9020 kasus dan 98 kematian.
Bulan Mei kemarin juga sudah mencatat kematian kumulatif tertinggi mencapai 1289, melebihi total korban jiwa yang dicatat oleh Malaysia selama tahun pertama pandemi Covid-19.
Dengan kasus dan kematian meningkat, amukan dan amarah warga terhadap pemerintahan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin juga meningkat.
Setelah dikritik tidak menerapkan pencegahan yang lebih ketat, perdana menteri 28 Mei kemarin umumkan "lockdown total" seluruh Malaysia dimulai dari Juni, dan hanya akan mengoperasikan sektor jasa esensial saja.
Peerintah Muhyiddin menyatakan status darurat Januari lalu atas dasar kesehatan publik, menangguhkan Parlemen dan memberikan perdana menteri kuasa lebih besar untuk memberlakukan undang-undang.
Aturan darurat yang disetujui oleh raja Malaysia akan berakhir pada 1 Agustus, tapi pandemi yang terus memburuk bisa membuat perdana menteri meminta perpanjangan waktu.
Dengan kasus aktif hampir meningkat tiga kali lipat sejak status darurat diangkat, pembuat undang-undang dari kedua kubu politik telah meminta sidang duduk parlemen darurat untuk membahas penanganan pencegahan Covid-19 dan masalah-masalah terkait.
Namun tidak jelas jika Muhyiddin yang khawatir kalah suara dalam persaingan mendapatkan suara mayoritas, akan memperbolehkan Parlemen melaksanakan sidang tersebut.
Fase pertama dari tiga fase lockdown dijadwalkan efektif dari 1 sampai 14 Juni, dengan Menteri Kesehatan bertekad saat itulah pembatasan bisa diangkat dan sektor ekonomi dibuka kembali.
Otoritas telah mengatakan keputusan untuk menerapkan kembali lockdown dipengaruhi oleh daruratnya beberapa varian Covid-19 yang sangat menular.
Malaysia mendeteksi kasus pertama terkait dengan varian India B1617 awal bulan Mei kemarin.
Dua varian dari Inggris dan Afrika Selatan yang disebut "varian mengkhawatirkan" oleh WHO juga menyebar ke komunitas tersebut.
Sementara itu, jumlah pasien yang meningkat, termasuk anak-anak menjadi bukti gejala yang lebih parah.
Total kasus sejak awal pandemi kini mencapai 572.357 dengan 2.796 kematian.
Malaysia memiliki ledakan wabah terburuk di Asia Tenggara dilihat dari ukuran populasinya, meskipun jumlah kasus total di bawah Indonesia dan Filipina.
Data resmi tunjukkan infeksi harian Malaysia per 1 juta warga kini melebihi India, yang pada akhir April melaporkan catatan global lebih dari 352.000 infeksi harian baru.
"Kita memiliki situasi yang cukup serius. Kasus terjadi di mana saja di seluruh negeri dan perlu lockdown ketat untuk mengkalibrasi ulang dan mengatur ulang aksi kami menghadapi Covid-19," ujar Zainal Ariffin Omar, mantan konsultan WHO dari pencegahan penyakit.
Muhyiddin umumkan perintah pengaturan pergerakan dari 12 Mei yang melarang acara perkumpulan sosial dan membatasi pergerakan tapi memperbolehkan bisnis beroperasi dengan jam operasi yang dikurangi.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini