Intisari-online.com -Indonesia tengah disorot oleh dunia dikhawatirkan akan menjadi India selanjutnya dengan Idul Fitri di depan mata.
Negara dengan kepadatan penduduk tertinggi di Asia Tenggara ini kini berupaya menutup pintu arus mudik agar tidak ada warga merantau yang pulang kampung saat Idul Fitri.
Pasalnya, lonjakan kasus ketika banyak yang mudik disinyalir akan langsung membuat Indonesia lumpuh.
Melansir SCMP, dengan varian baru sudah masuk ke Indonesia, vaksinasi yang lambat dan banyak warga yang nekat, kejadian yang terjadi di India bisa terjadi di Indonesia.
Sebenarnya yang menerapkan larangan mudik tidak hanya Indonesia saja.
Malaysia juga menerapkan larangan mudik untuk mencegah eksodus tradisional yang muncul di Hari Raya Idul Fitri.
Namun para pakar berpendapat larangan mudik hanya bermanfaat dalam skala kecil untuk mencegah naiknya infeksi Covid-19.
Idul Fitri tahun ini dirayakan pada tanggal 13 dan 14 Mei 2021 besok.
Sementara itu pemerintah telah terapkan larangan mudik 12 hari selama dan setelah Idul Fitri.
Sementara itu Malaysia telah melarang mudik dan bepergian yang bertahan sampai sebulan setelah Idul Fitri.
Kuala Lumpur juga ditutup sampai 20 Mei, hanya bisnis penting saja yang boleh beriperasi dan restoran hanya boleh pesan take away saja.
Singapura juga mengetatkan penanganan virus Corona dengan mengurangi jumlah orang yang diperbolehkan ada di acara perkumpulan sosial dari awalnya 8 jadi hanya 5 saja.
Baca Juga: Berkaca dari India, Sebaiknya Urungkan Niat Anda untuk Mudik Tahun Ini, Risiko Besar Menanti
Rata-rata jumlah kasus harian Indonesia adalah 5000 kasus, sedangkan Malaysia mencatat separuh dari jumlah itu.
Sampai saat ini larangan mudik susah payah diterapkan di seluruh penjuru negeri.
Bukan perkara mudah untuk mencegah 87% dari 270 juta jiwa laksanakan mudik kembali ke kampung untuk bertemu sanak saudara.
Idul Fitri telah menjadi musim liburan paling besar dan paling sibuk di Indonesia.
Tahun 2019 lalu lebih dari 18 juta warga Indonesia laksanakan mudik.
Kemudian tahun 2020 kemarin pertama kalinya mudik dilarang di Indonesia, hasilnya didapat bermacam-macam dan laporan penyebaran masih juga ada.
Tahun ini petugas sudah bersiap-siap menghadapi cara warga yang nakal mencari cara mengakali petugas.
Meskipun sudah diperlukan surat negatif Covid-19 dan dokumen yang menyatakan keperluan bepergian mereka, banyak yang memalsukan dokumen-dokumen tersebut.
Beberapa waktu lalu ada seorang wanita menangis dan memohon petugas polisi lalu lintas di provinsi Banten agar diperbolehkan pulang ke Lampung, Sumatra.
Video tunjukkan wanita menjelaskan jika ia sudah kehilangan pekerjaannya dan kehabisan uang.
Akhirnya polisi membiarkannya lewat.
Survei terbaru oleh Kementerian Transportasi menemukan bahwa 18 juta orang masih direncanakan pada mudik tahun ini.
Dalam seminggu terakhir, lebih dari 642.000 orang telah meninggalkan Wilayah Jabodetabek melalui darat, feri, atau kereta api, menurut data resmi.
Polisi telah meningkatkan operasi mereka dengan mengerahkan 155.000 personel ke 333 pos pemeriksaan, yang tersebar dari Sumatera ke Bali.
Varian baru
Kucing-kucingan petugas dan warga yang melarikan diri agar bisa mudik sebabkan kekhawatiran di kalangan ahli kesehatan.
Mereka memperingatkan Indonesia dapat hadapi lonjakan kasus Covid-19 beberapa minggu setelah lebaran.
Mereka mengatakan masalahnya bukan hanya tentang orang-orang yang rela melanggar aturan, tetapi dengan banyaknya orang yang (dengan pemberitahuan sebelumnya tentang larangan perjalanan) memutuskan untuk berangkat ke kampung halaman mereka lebih awal dari biasanya.
"Tahun lalu, libur Lebaran berkontribusi terhadap kenaikan kasus virus corona sebesar 10 hingga 20 persen.
"Ini adalah fakta ilmiah yang tidak terbantahkan bahwa [ketika] sejumlah besar orang [dimobilisasi] ini akan memperburuk pandemi," kata Dicky Budiman, seorang ahli epidemiologi di Griffith University di Australia.
"Varian baru juga sudah terdeteksi di Indonesia.
"Ini lebih menular dan dapat mengurangi kemanjuran vaksin atau antibodi orang.
"Artinya orang yang sudah terjangkit Covid-19 bisa tertular kembali. Inilah sebabnya mengapa mudik masih berisiko tahun ini."
Varian yang lebih menular, pertama kali terdeteksi di India, Afrika Selatan dan Inggris, telah ditemukan di Indonesia dan Malaysia.
Hermawan Saputra, dari Asosiasi Kesehatan Masyarakat Indonesia, mengatakan sistem pelayanan kesehatan akan kewalahan jika kasus naik antara 30 hingga 50 persen.
Kombinasi kelelahan pandemi, penegakan lax, dan kegagalan untuk mengkoordinasikan peraturan antara berbagai lembaga pemerintah berarti Indonesia berpotensi menghadapi lonjakan serupa dengan yang terlihat di India, kata Hermawan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini