Intisari-online.com -Ledakan kasus Covid-19 yang terjadi di Malaysia dikhawatirkan akan berdampak dan terjadi di Indonesia juga.
Para ilmuwan mewanti-wanti lonjakan kasus harian Covid-19 di Indonesia.
Pasalnya Malaysia sudah memberlakukan lockdown nasional karena lonjakan kasus Covid-19 seusai lebaran.
Dikutip dari Kompas TV, epidemiolog Griffith University mengatakan pemerintah dan masyarakat Indonesia perlu belajar dari situasi yang ada di Malaysia.
"Sangat penting untuk kita kalau pemerintah dan masyarakat belajar dari situasi yang saat ini terjadi di Malaysia pertama adalah pesan penting nya karena ini alarm yang sangat jelas untuk Indonesia," kata Dicky Budiman.
Malah menurut Dicky, situasi Indonesia sebenarnya jauh lebih serius daripada di Malaysia.
"Secara garis besarnya adalah situasi Indonesia jauh lebih serius dari Malaysia dan jauh lebih memprihatinkan," ujarnya.
Pasalnya tingkat pengetesan Covid-19 di Indonesia tidak setinggi Malaysia.
"Tes positif mereka yang sekitar 6% dan kalau dibandingkan dengan Malaysia dites positif dia 6% kita Katakanlah di 9, sekian persen testing mereka Malaysia itu 3 kali lebih banyak daripada testing yang dilakukan oleh 1000 orang yang per 1000 orang 3 kali lebih banyak jadi standar Who," jelas Dicky.
Malaysia lockdown lagi
Pemerintah Malaysia menerapkan penguncian nasional secara total (full lockdown) untuk semua sektor sosial dan ekonomi mulai Selasa 1 Juni 2021 sampai 14 Juni 2021.
Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin Jumat 28/5/2021 lalu menyatakan, "Hanya sektor ekonomi dan jasa penting yang akan diizinkan untuk beroperasi," kata Muhyiddin, dikutip dari Straits Times.
Sebelum keputusan turun, desakan untuk lockdown telah muncul.
Sultan Negara Bagian Johor, Sultan Ibrahim Iskandar, meminta pemerintah Malaysia melakukan penguncian penuh Rabu 26/5/2021 malam.
"Lebih dari 7.400 kasus hari ini. Ini menakutkan dan kita membutuhkan hampir semua aspek masyarakat untuk tinggal di rumah untuk memutuskan rantai penularan," kata Sultan Ibrahim.
Jumat kemarin Malaysia melaporkan 8.290 kasus baru Covid-19, angka tertinggi dalam sejarah pandemi Covid-19 di Malaysia.
Sementara itu total kumulatif sejak dimulainya pandemi Covid-19 di Malaysia mencapai 565.5233 infeksi dengan 2.729 kematian per Senin 31/5/2021.
Semua mall di Malaysia ditutup, kecuali supermarket dan toko makanan, minuman dan kebutuhan dasar.
Maksimal hanya dua orang dari setiap rumah tangga yang diizinkan keluar membeli kebutuhan pokok atau layanan medis.
Pergerakan terbatas pada radius 10 km.
Sebanyak 55 ribu anggota Polisi Kerajaan Malaysia (PDRM) dikerahkan selama lockdown total ini.
"Sebelumnya jumlah polisi 37.000 orang," kata Menteri Dalam Negeri Malaysia Hamzah Zainudin dalam jumpa pers di Putrajaya pada Sabtu (29/5/2021).
"Namun KDN (Kementerian Dalam Negeri) siap menambah jumlah anggotanya jika dibutuhkan melalui PDRM, Imigrasi (JIM), Maritim Malaysia (APMM), Relawan (RELA), ESCOMM dan lain-lain untuk penugasan tersebut," ujarnya.
PDRM juga menjadi sarana KDN meningkatkan jumlah blokade jalan di seluruh negara.
Tim Pemantauan SOP ditambah dari sebelumnya 13.795 orang menjadi 20.000 orang.
Lockdown Malaysia ini juga berdampak pada Indonesia yaitu seputar perdagangan.
Badan Pusat Statistik (BPS) Malaysia mencatat impor besar dari RI, mencapai 910 juta Dolar AS yang menyumbang 5,21% total ekspor Indonesia ke Malaysia bulan itu.
Malaysia adalah tujuan ekspor terbesar ke-5 bagi Indonesia setelah China, AS, Jepang dan India.
Lockdown ini akan menyulitkan sektor pertambangan RI yaitu batu bara, besi dan baja.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini