Intisari-online.com -Tahun 2004, kasus Huang Na sangatlah heboh sampai seantero Singapura mencarinya selama 3 minggu berturut-turut.
Saat itu tanpa Facebook, warga harus mengandalkan koran dan laporan berita untuk mengetahui berita terbaru tentang kasus tersebut.
Mengutip goodyfeed.com, kasus dimulai dengan ibu Huang Na, Huang Shuying, datang ke Singapura dari China untuk mengurusi anak perempuannya tersebut.
Huang Na yang berumur 8 tahun saat itu sekolah di SD Jin Tai, sementara ibunya bekerja di Pusat Perbelanjaan Pasir Panjang.
Namun Huang Shuying harus membagi jadwalnya antara Singapura dan Fujian, China, karena ia merawat anak sekaligus adik tiri Huang Na yang berumur 11 bulan.
Keduanya tinggal bersama di ruang kecil lantai atas dari perusahaan buah dan sayur di Pusat Perbelanjaan Pasir Panjang, bersama Took Leng How.
Huang Na dekat dengan Took Leng How, pengemas sayur di pusat perbelanjaan tersebut.
Huang Na adalah gadis mandiri dan pemberani.
Ia pernah terbang kembali ke China sendiri.
Ia berangkat sekolah sendirian, mengambil makan siangnya dari foodcourt terdekat dan bahkan memasak untuk dirinya dan tetangganya.
Pada 27 September 2004, sehari sebelum ulang tahun Huang Na kedelapan, ibunya kembali ke kampung halaman mereka selama 2 minggu.
Menurut banyak pihak, ia sering bermain dengan Huang Na, memberikan makanan dan membawanya berkendara sepeda motor.
Pada 10 Oktober 2004, Huang Na hilang dan terakhir dilihat di foodcourt dekat pusat perbelanjaan.
Banyak orang trenyuh dengan upaya ibu Huang Na mencari anaknya: ia terlihat mengitari seluruh pulau dari jam 7 pagi sampai jam 12 tengah malam mencari anaknya.
"Aku bekerja di sini mencari uang bagi anakku sekolah," ujar Huang Shuying, yang bekerja di divisi sayur di pusat perbelanjaan itu.
"Kami hidup sederhana. Aku tidak membuat musuh atau menyerang siapapun," ujarnya yang tidak percaya ada orang yang ingin melukai anaknya.
Polisi mulai mencari Huang Na secara intensif, dan dengan perhatian media, kelompok pencari yang dibentuk oleh relawan muncul juga untuk menemukannya.
Lebih dari 70 ribu selebaran diberikan ke siapa saja untuk mencari informasi mengenai Huang Na, dan dua warga Singapura bahkan dijanjikan diberi hadiah 10 ribu dan 5 ribu Dolar Singapura untuk mengetahui keberadaan Huang Na.
Pencarian mencapai Kuala Lumpur (KL) juga dengan poster Huang Na disebarkan ke tempat tersebut.
Seminggu kemudian polisi menanyai Took Leng How sebagai bagian investigasi mereka, dan Took mengatakan Huang Na telah diculik oleh tiga pria.
Karena dia belum menjadi tersangka, polisi menemaninya pulang dan memintanya mengikuti tes uji kebohongan.
Saat di jalan mereka membeli makan, dan di saat itulah Took Leng How melarikan diri ke Malaysia.
Namun Huang Shuying tidak percaya Took yang sudah dipanggil anaknya sebagai paman, terlibat dalam hal mengerikan yang terjadi pada anaknya.
Akhirnya Took Leng How menyerahkan dirinya pada 30 Oktober 2004.
Ia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
Ia mengatakan selama mereka bermain, ia tanpa sengaja mencekiknya sampai ia meninggal.
Ia kemudian membawa polisi ke tempat dia menyembunyikan jasad Huang Na.
Selama persidangan, Took dianggap bersalah atas pembunuhan Huang Na.
Jaksa penuntut umum menuduh Took membawa Huang Na ke ruang penyimpanan dan memerkosanya.
Akhirnya pada 31 Oktober 2004, tubuh Huang Na yang sudah membusuk ditemukan dijejalkan di dalam kardus coklat kurang dari separuh ukuran tubuhnya.
Kotak itu ditemukan di semak lebat di Taman Bukit Telok Blangah.
Took memiliki apartemen di Telok Blangah, dan tempat itu juga hanya 15 menit berkendara dari tempat ia dan keluarga Huang tinggal, tempat Huang Na terlihat terakhir kali.
Dengan kata lain, mereka tidak bermain, tapi merupakan upaya Huang Na menyelamatkan diri.
Beberapa kolega Took mengatakan Took terlihat beberapa kali menghukum bahkan memukuli Huang Na.
Atasan Took Kelvin Eng Chow Meng ingat ia memarahi Took setelah melihat memar di tangan Huang Na.
"Tertuduh mengklaim Huang Na membuat gaduh dan ia tidak bisa tidur," ujarnya di pengadilan.
Took kemudian dihukum mati dan bandingnya ditolak.
Sementara itu ibu Huang Na kembali ke China setelah itu.
Dilaporkan ia menjalankan bisnis distribusi sepatu di Taiwan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini