Mohammed Bin Salman Lakukan Hal 'Paling Menjijikkan' Ini di Inggris, Perdana Menteri Boris Johnson Bantah Telah Ikut Membantu

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Mohammed Bin Salman tekan Boris Johnson untuk akuisisi Newcastle United

Intisari-Online.com - Korupsi di Inggris sepertinya sudah merajalela hingga puncaknya karena marak skandal lobi-lobi politik yang menjalari pemerintahan.

Salah satunya yakni yang dilakukan dengan Arab Saudi.

Perdana Menteri Boris Johnson membantah campur tangan membantu Arab Saudi yang berniat mengambil alih klub sepak bola Newcastle United.

Downing Street pada Kamis (15/4/2021), mengklarifikasi rumor yang beredar tentang intervensi Johnson, di tengah skandal Westminster yang meluas atas lobi perusahaan.

Baca Juga: Berperan Pentingpada Masa-masa Awal Islam,Inilah Kota Asham yang Dijuluki 'Kota Emas' Kuno di Selatan Mekkah, Beginilah Kondisinya Sekarang

Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman dilaporkan telah menekan Boris Johnson untuk campur tangan dalam tawaran pengambilalihan Klub Sepak Bola Newcastle United setelah Liga Premier memutuskan untuk memblokir kesepakatan 300 juta poundsterling.

Salah-salah bertindak, konon, akan merusak hubungan Saudi-Inggris.

Ancaman mencengangkan ini dilontarkan oleh Salman Juni lalu.

Pesannya kepada perdana menteri begitu tersurat:

Baca Juga: Ketika Nabi Muhammad SAW Pimpin 10.000 Pasukan Islam untuk Bertarung, Seperti Ini Sejarah Pembebasan Mekkah yang Buat KaumQuraisy Tak Berkutik Sama Sekali

"Kami berharap Liga Utama Inggris (EPL) mempertimbangkan kembali dan memperbaiki kesimpulan yang salah."

Menurut Daily Mail, Johnson mengatakan kepada asisten senior Lord Eddie Lister, penasihat khusus Inggris, untuk menyelidiki kasus ini.

Tetapi Saudi menarik tawaran mereka untuk Newcastle United pada Juli setelah Liga Premier gagal menyetujui mereka sebagai pemilik baru klub.

Selepas batalnya akuisisi ini, pengusaha Inggris, Amanda Staveley menumpahkan kekecewaannya.

Baca Juga: Pantas Kejahatannya di Tanah Palestina Tak Pernah Tersentuh Hukum, Israel Ternyata Kerap Lakukan Hal 'Paling Menjijikan' Ini di Negeri Ratu Elizabeth

Ia menyebut otoritas Premier League yang justru mengulur-ulur proses akuisisi, ditambah klub-klub Liga Inggris tak mau Newcastle dibeli oleh taipan asal Timur Tengah.

EPL menuntut untuk mengetahui apakah negara Saudi (Bin Salman) akan menjadi pemilik klub timur laut itu.

Baca Juga: Tarik Ribuan Pasukan Militernya di Timur Tengah dan Berencana Mengirimnya ke China dan Rusia, Amerika Tak Main-main Ingin Kalahkan Dominasi 2 Musuh Besarnya, 'Semuanya Rencana Joe Biden'

Tuntutan itu sekaligus mengungkapkan keprihatinan atas dugaan pembajakan siaran oleh negara atas pertandingan sepak bola yang disiarkan televisi.

Namun, jejak Pangeran Salman dengan pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi pada 2018 serta catatan hak asasi manusia Kerajaan yang mengerikan telah membebani EPL dalam musyawarahnya.

Pendukung Newcastle United masih berharap kesepakatan itu akan dihidupkan kembali.

Suporter Newcastle diketahui memang sangat ingin proses akuisisi ini berjalan lancar.

Baca Juga: Diiming-Imingi Penerbangan Langsung dari Tel Aviv ke Mekkah, Nyatanya Ribuan Rakyat Israel Tetap Ingin Netanyahu Mundur Bahkan Sampai Berharap Ia Kalah di Pemilu Israel Besok

Mereka sudah muak dengan kepemimpinan Mike Ashley yang dianggap hanya mencari keuntungan pribadi tanpa ada keseriusan membawa Newcastle United berprestasi.

Menurut penasihat khusus Inggris, Lord Lister, Saudi semakin kesal.

"Kami tidak melobi mereka untuk harus atau jangan membeli (NUFC)," katanya kepada wartawan pekan ini.

"Kami ingin mereka (Liga Utama Inggris) terus terang dan mengatakan ya atau tidak, jangan gantungkan Arab Saudi."

Baca Juga: Milisi Dukungan Iran Kembali Serang Arab Saudi Setelah Dukungan Terus Mengalir, Tidak Tanggung 3 Drone Bersenjata Diserangkan ke Bandara dan Pangkalan Udara Arab Saudi

Semua ini menunjukkan dengan kuat bahwa seluruh sistem lobi di Westminster perlu dirombak.

Lantaran "campur tangan paling menjijikkan" dalam politik Inggris.

Namun, satu-satunya orang yang dapat membuat keputusan itu adalah sasaran penguasa asing yang kejam, pelobi, dan lainnya yang mengetahui bahwa ancaman dan uang dapat membeli pengaruh di Inggris.

(*)

Artikel Terkait