Intisari-online.com -Timor Leste sama halnya dengan negara lain telah mendapat pengalaman ekonomi anjlok akibat pandemi Covid-19.
Namun ekonomi Timor Leste memang sudah rapuh jauh sebelum pandemi dan akan terus rapuh ke depannya.
Bertahun-tahun lamanya Timor Leste telah dinasehati untuk memprioritaskan dan mengambil langkah kongkrit meningkatkan jumlah sektor produktifnya, yang penting untuk melebarkan jalur ekonomi dan kurangi ketergantungan minyak bumi.
Mengutip The Diplomat, program pengembangan ekonomi dari Pemerintah Konstitusi Kedelapan yang menjabat sejak 2018, menekankan penguatan sektor produktif di sekitar industri penting termasuk pertanian dan turisme.
Sementara itu lembaga swadaya masyarakat (LSM), mitra pengembang dan pakar-pakar lain telah menekankan risiko tergantung pada minyak dan perlunya pelebaran jalur ekonomi guna memiliki perkembangan lebih berkelanjutan.
Meski sudah diperingatkan demikian, ekonomi Timor Leste tetap bergantung berat pada hasil dari minyak dan gas sementara kemajuan melebarkan ekonomi tidak berjalan.
Melebarkan ekonomi atau mendiversifikasinya memang perlu waktu dan proses yang terbilang rumit.
Namun untuk Timor Leste, beberapa faktor sangat jelas terlihat.
Pertama adalah perselisihan politik yang telah menyeret negara itu menjauh dari investasi jangka panjangnya.
Sejak krisis tahun 2006, Timoe Leste telah kesulitan dengan ketidakpaduan politik, buktinya adalah dalam 15 tahun saja negara itu memiliki 6 pemerintahan yang berbeda-beda.
Konsekuensinya, negara dipaksa melakukan kebijakan jangka pendek untuk memastikan kerjasama pemerintahan, daripada menyusun strategi investasi jangka panjang.
Ketika Pemerintahan Konstitusi Ke-VIII dibentuk, Perdana Menteri saat ini Taur Matan Ruak mengklaim untuk menjadi pemimpin pemerintahan roda tiga karena kabinetnya tidak penuh.
Namun tahun lalu, FRETILIN Mengganti Kongres Nasional Rekonstruksi Timor Leste sebagai bagian koalisi berkuasa untuk melanjutkan mandat Pemerintahan Konstitusi Ke-VIII.
Akhirnya, pemerintah tiga roda pun berakhir.
Sudah pasti, stabilitas pemerintahan koalisi akan tetap dipertanyakan setidaknya sampai pemilihan 2023 mendatang.
Dengan itu, pemerintah tidak dapat benar-benar menerapkan aturan mengembangkan program komprehensif dan penilaian distribusi dana yang kritis untuk sektor yang bisa berkontribusi untuk pengembangan jangka panjang.
Sebagian besar alasannya adalah ketakutan hal ini bisa menyebabkan runtuhnya pemerintahan koalisi.
Kedua, tidak adanya konsensus antara dua partai politik terbesar, CNRT dan FRETILIN, atas prioritas nasional untuk perkembangan ekonomi.
Meski perkembangan di Timor Leste telah diatur oleh Rencana Perkembangan Strategi (SDP), CNRT dan FRETILIN masih kagok untuk mekanisme mengembangkan program seperti Pantai Selatan atau Proyek Tansi Mane.
Padahal keduanya menjadi bagian penting strategi perkembangan ekonomi nasional.
Tidak adanya kesepakatan dari dua partai penguasa menjadi penghambat dilaksanakannya inisatif-inisiatif penting.
Itulah sebabnya partai politik perlu memiliki diskusi terbuka dan mendalam mengenai viabilitas strategi perkembangan ekonomi kunci untuk merumuskan program nasional yang bisa diterima oleh semuanya.
Ketiga, tidak adanya insentif politik, setidaknya dalam jangka pendek, untuk mengembangkan sektor non-migas di ekonomi.
Sejauh ini memang uang hasil migas berhasil membuat Timor Leste mendanai proyek infrastruktur besar dalam waktu yang cepat, seperti digambarkan yaitu pembangunan jalan di sepanjang pantai selatan dan di Pelabuhan Teluk Tibar di pantai utara.
Uang yang cepat datang dari minyak menyebabkan pembangunan proyek mewah yang bertujuan memamerkan pencapaian mereka.
Akibatnya sektor non-migas dianggap kurang menguntungkan dibanding sektor migas, tidak dikembangkan, artinya masih perlu waktu lama untuk sektor tersebut benar-benar dewasa.
Serta tidak ada jaminan mereka bisa mengembangkan nilai serupa dengan sektor minyak dan gas.
Dengan realita ini, ada perlu perganitan politik untuk mendorong investasi di sektor non-minyak.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini