Intisari-Online.com - Mengapa Masjid Al-Aqsa sering menjadi lokasi konflik Israel-Palestina?
Mungkin kita banyak yang mempertanyakan hal ini.
Apalagi setelah kekerasan besar-besaran terjadi dariYerusalem lalu menyebaar ke kota-kota di seluruh Israel dan wilayah Palestina.
Bahkankonflik Israel-Palestina disebut-sebut sebagai konflik paling mematikan dalam beberapa tahun terakhir.
Ternyata semua itu berawal daripenggusuran keluarga Palestina di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur.
Dilansir dari theconversation.com pada Jumat (21/5/2021), setelahnya otoritas Israel memblokir akses ke alun-alun penting Gerbang Damaskus selama Ramadan.
Kekerasan dikompleks Masjid Al-Aqsa langsung viral.
Ini karena Masjid Al-Aqsa memiliki makna religius yang dalam bagi umat Islam di seluruh dunia.
Bagaimana mungkin polisi Israel yang beragama Yahudi menyerang orang di tempat yang juga mereka anggap suci?
Tentu ini membuat marah umat Muslim di seluruh dunia.
Sebab, setelah Mekah dan Madinah, sebagian besar Muslim di seluruh dunia menganggap Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa sebagai tempat tersuci ketiga di Bumi.
Situs paling sensitif
Mengingat sakralnya Yerusalem danMasjid Al-Aqsa, ada kekhawatiran besar tentang nasib tempat suci itu setelah kemenangan Israel dalam Perang Arab-Israel 1967 dan aneksasi berikutnya atas Yerusalem Timur.
Meski Israel memberikan izin umat Muslim untuk berkunjung keYerusalem danMasjid Al-Aqsa, tapi Israel masih memerintahkan pasukan keamananna untuk berpatroli.
Terkadang juga merekamelakukan penggeledahan di dalam wilayah tersebut.
Di bawah Hukum Pelestarian Tempat-Tempat Suci, pemerintah Israel juga mengizinkan masuk ke berbagai kelompok agama - seperti peziarah Kristen.
Banyak orang Israel menghormati kesucian tempat itu sebagai situs tersuci dalamagama Yahudi
Pada tahun 2005, kepala rabi Israel mengatakan bahwa orang Yahudi dilarang berjalan di situs tersebut untuk menghindari secara tidak sengaja memasuki Holy of Holies.
Holy of Holies adalah tempat suci bagian dalam Kuil, yang diyakini sebagai tempat tinggal Tuhan di bumi dalam agama Yahudi.
Meskipun demikian, kelompok Yahudi ultra-Ortodoks tertentu secara kontroversial menganjurkan akses dan kontrol yang lebih besar atas situs suci tersebut.
Mereka bahkan berusaha untuk merebut kembali Temple Mount yang bersejarah, untuk membangun kembali Kuil.
Digambarkan sebagai "situs paling sensitif dalam konflik Israel-Palestina", sayangnya tempat ini sering menjadi tempat kekerasan.
Misalnya, pada Agustus 1969, seorang umat Kristen asal Australia bernama Dennis Michael Rohan berusaha untuk membakar Masjid Al-Aqsa.
Di mana dia menghancurkan mimbar dari Saladin, karya seni Islam yang berharga secara historis dan penting.
Pada 28 September 2000, pemimpin oposisi Israel Ariel Sharon dan satu delegasi yang dijaga oleh ratusan polisi anti huru hara Israel memasuki kantor polisi.
Ini memicu protes dan tindakan keras oleh otoritas Israel, dengan banyak korban.
Banyak Muslim di seluruh dunia menganggap ini sebagai penodaan masjid suci, dan peristiwa tersebut membantu memicu pemberontakan Palestina.
Ketegangan memuncak lagi setelah serangan terhadap Yehuda Glick, seorang rabi sayap kanan yang kontroversial, pada musim gugur 2014.
Sebagai tanggapan, otoritas Israel menutup akses ke Masjid Al-Aqsa untuk pertama kalinya sejak 1967.
Pada bulan Maret dan April tahun 2021 ini, kekerasan di dalam area Masjid Al-Aqsa kembali terjadi.
Di mana polisi Israel menggunakan gas air mata dan granat kejut pada orang-orang Palestina di dalam Masjid Al-Aqsa.
Sejumlah insiden lain antara pasukan Israel dan jamaah telah terjadi di Masjid Al-Aqsa dalam beberapa tahun terakhir.
Beragam konflik di Masjid Al-Aqsa lantas membuatumat Islam di seluruh dunia yang bereaksimarah.
Sebab, mereka menganggap Israel telah melakukan penodaan salah satu situs paling suci mereka.