Penulis
Intisari-Online.com - Sudah banyak yang tahu bahwa kompleks Masjid Al-Aqsa merupakan tempat suci bagi tiga agama besar.
Yaitu Islam, Yahudi, dan Kristen.
Terletak di kota tua Yerusalem yang kini diklaim sebagai ibukota Israel, warga Muslim Palestina sering berdatangan ke tempat ini untuk beribadah.
Khususnya di bulan suci Ramadhan seperti tahun ini.
Namun mendadak ketika ribuan umat Muslim Palestina tengah melakukan shalat Isya dan shalat Tarawih dikompleks Masjid Al-Aqsa, ratusan polisi Israel mendadak menyerbuMasjid Al-Aqsa.
Dilansir darialjazeera.com pada Minggu (9/5/2021), polisi Israel dilaporkanmembubarkan jamaah di Masjid Al-Aqsa dan tempat lain di Yerusalem Timur yang diduduki Israel.
Ini terjadi ketikaketegangan selama berminggu-minggu antara Israel dan Palestina atas Yerusalem meningkat lagi.
Akibatnya lebih dari 178 warga Palestina terluka, 88 telah dirawat di rumah sakitsetelah terkena peluru logam berlapis karet.
Kondisi langsung kacau balau karena pada hari itupuluhan ribu jamaah Palestina memadati masjid pada Jumat terakhir bulan Ramadhan.
Lalu banyak dari mereka tetap tinggal untuk memprotesdan mendukung warga Palestina yang menghadapi penggusuran dari rumah mereka di tanah yang diduduki Israel yang diklaim oleh pemukim Yahudi.
Apalagi beberapa jam setelah bentrokan pertama kali terjadi, bala bantuan besar dari pasukan polisi Israel terus mengalir ke kompleks Masjid Al-Aqsa.
Aktivis Palestina melaporkan bahwa pasukan Israel terus menargetkan jamaah di kompleks itu ketika sejumlah besar warga Palestina mengadakan sholat di dalam masjid.
Sheikh Omar al-Kiswani, direktur Masjid Al-Aqsa, telah memintaagar polisi Israel mundur.
Dia meminta polisi Israel untuk menghentikan serangan mereka dan mundur dari halaman masjid.
Dia bahkan memohon ketenangan di kompleks tersebut melalui pengeras suara masjid.
"Polisi harus segera berhenti menembakkan granat ke arah jamaah, dan pemuda harus tenang dan diam!" kataSheikh Omar al-Kiswani.
Kekerasan yang terjadi di dalamMasjid Al-Aqsa dan di Yerusalem langsung mendapat respon dari banyak negara. Termasuk dari Amerika Serikat (AS).
Departemen Luar Negeri AS mengatakan pihaknya sangat prihatin tentang kekerasan di Yerusalem dan meminta pejabat Israel dan Palestina "ntuk bertindak tegas untuk mengurangi ketegangan.
Ned Price, juru bicara departemen, memposting pernyataan itu di akun media sosialnya pada Jumat malam.
“Tidak ada alasan untuk melakukan kekerasan."
"Tetapi pertumpahan darah seperti itu sangat mengganggu sekarang, seperti yang terjadi pada hari-hari terakhir Ramadhan."
"Kami mengencamnya dengan sangat tegas. "
SementaraPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)telah mendesak Israel untuk menghentikan setiap penggusuran paksa di Yerusalem timur yang dicaplok Israel.
Sebab jika Israel terus melawan, maka tindakan mereka dapat dianggap sebagai "kejahatan perang".
"Kami meminta Israel untuk segera membatalkan semua penggusuran paksa," kata juru bicara kantor hak asasi PBB Rupert Colville kepada wartawan di Jenewa.
"Kami ingin menekankan bahwa Yerusalem Timur tetap menjadi bagian dari wilayah Palestina yang diduduki, di mana hukum humaniter internasional berlaku," kata Colville.