Intisari-Online.com - Isi Perjanjian Linggarjati sebenarnya cukup merugikan Indonesia, tapi justru Belanda yang pertama mengingkari perjanjian ini.
Ditandatanganinya Perjanjian Linggarjati oleh Indonesia yang diwakili Sutan Sjahrir menuai perdebatan di pihak Indonesia.
Sutan Syahrir mengakui bahwa naskah Perjanjian LInggarjati menuai pro dan kontra.
Tak lain, karena banyak yang menganggap keputusan menandatangani Pejanjian Linggarjati justru melemahkan Indonesia.
Baca Juga: Isi Perjanjian Roem Royen dan Dampaknya Bagi Indonesia, Termasuk Dibebaskannya Soekarno dan Hatta
Bahkan, salah satu dampaknya membuat Sutan Syahrir dianggap memberikan dukungan pada Belanda.
Hal itu membuat anggota dari Partai Sosialis dan KNIP mengambil langkah penarikan dukungan pada 26 Juni 1947.
Selain ditentang oleh Partai Sosialis, Perjanjian Linggarjati juga ditentang oleh Partai Masyumi, PNI, dan Partai Rakyat Indonesia.
Seperti apa isi Perjanjian Linggarjati yang dianggap melemahkan Indonesia tersebut?
Baca Juga: Memahami Pancasila Sebagai Norma Dasar Negara yang Fundamental
Perundingan dan Isi Perjanjian Linggarjati
Pada akhir Agustus 1946, pemerintah Inggris mengirim Lord Killearn ke Indonesia dalam misi menyelesaikan perundingan antara Indonesia dengan Belanda.
Kemudian pada 7 Oktober 1946 di Konsulat Jenderal Inggris di Jakarta, dibuka perundingan antara Indonesia dan Belanda.
Dalam perundingan tersebut akhirnya menghasilkan persetujuan gencatan senjata pada 14 Oktober.
Kemudian dilanjutkan dengan Perundingan Linggarjati yang terjadi pada 11 November 1946.
Tidak diketahui secara pasti alasan Sutan Syahrir memilih Linggarjati, sebagai tempat pertemuan bersejarah itu.
Namun, lingkungan tersebut menawakan panorama indah Gunung Ciremai yang diharapkan mampu meredam otak.
Perjanjian Linggarjati selesai pada 15 November 1946 dan baru ditandatangani keduanya pada 25 Maret 1947.
Dalam rentang waktu tersebut, para delegasi melakukan perbaikan isi perjanjian agar kedua belah pihak menemui titik temu.
Berikut ini isi Perjanjian Linggarjati yang disepakati kedua belah pihak pada 25 Maret 1947:
Dengan kesepakatan tersebut, membuat Indoenesia hanya memiliki wilayah kekuasaan yang kecil.
Selain itu Indonesia harus mengikuti persemakmuran Indo-Belanda.
Setidaknya itulah hasil yang dianggap melemahkan Indonesia dan dianggap sebagai dampak negatif perjanjian ini.
Meski ada pula dampak positifnya, seperti semakin kuatnya citra Indonesia di mata dunia dengan adanya pengakuan Belanda terhadap kemerdekaan Indonesia.
Saat itu, dengan disepakatinya Perjanjian Linggarjati juga membuat konflik Indonesia dan Belanda dianggap selesai.
Namun rupanya tidak demikian, karena ternyata Perjanjian Linggarjati seolah hanya memberikan waktu Belanda untuk mempersiapkan agresi militer.
Hanya empat bulan setelah perjanjian ini disepakati, tepatnya 20 Juli 1947, Belanda menyatakan tidak terikat lagi dengan perjanjian Linggarjati.
Sehari kemudian, pada 21 Juli 1947, terjadi Agresi Militer Belanda I, yaitu serangan dari Belanda ke wilayah Indonesia.
Konflik antara Indonesia dan Belanda pun kembali memanas dan diperlukan solusi lain untuk menyelesaikannya.
Baca Juga: 3 Hal Ini Bisa Picu Israel Lakukan Perang Nuklir dan Membawa Bumi Menuju Kiamat
(*)