Intisari-online.com - Belakangan ini, Iron Dome alias kubah besi, sistem pencegat rudal udara Israel dipuji setinggi langit oleh negara-negara Barat.
Sistem pertahanan udara tersebut berhasil menjadi pelindung negara Yahudi itu dari gempuran rudal Hamas.
Suart kabarTheEye of The Middle East, pada Selasa (18/5/21) menerbitkan sebuah artikel yang membahas secara rinci soal sistem anti-rudal Iron Dome.
Bagaimana Iron Dome bekerja, seberapa tingkat keberhasilannya, hingga risiko yang mungkin menimpa orang Israel sendiri.
Menurut surat kabar itu, Iron Dome telah menjadi subyek pujian Barat selama seminggu terakhir.
Iron Dome sukses menjadi pelingdung bangsa Israel, ketika konflik Israel Hamas berkecamuk di jalur Gaza.
Sistem pertahanan udara tersebut sukses menahan gempuran rudal Hamas, ke wilayah Israel.
Padahal sejak konflik pecah, Hamas telah menembakkan, setidaknya 2.800 rudal ke wilayah Israel hingga 17 Mei.
Baca Juga: Coreng Wajah Israel Karena Berhasil Bikin Iron Dome Jebol, Ini Bedanya Rudal dan Roket
Banyak rudal kiriman Hamas dengan mudah dicegat oleh Iron Dome, sehingga minim korban di Israel.
Hingga saat ini dilaporkan rudal Hamas telah membunuh setidaknya 10 orang di Israel, dalam konflik tersebut.
Dengan pengecualian satu tentara yang terbunuh oleh rudal anti-tank di dekat perbatasan Israel dengan Gaza, semua kematian disebabkan oleh roket-roket rudimenter Hamsas.
Para pendukung sistem anti-rudal Iron Dome Israel mengatakan bahwa tanpa itu, jumlah kematian Israel akan jauh lebih tinggi.
Iron Dome adalah sistem pertahanan anti rudal yang bekerja menggunakan teknologi radar dan anti rudal.
Untuk meringkas proses intersepsi, radar secara terus menerus memindai dan memperoleh satu atau lebih objek yang masuk, seperti rudal, pesawat tempur berawak dan tak berawak, dll.
Iron Dome, memproses dan memberienergi baterai rudal, lalu menggunakan informasi tentang kecepatan dan lintasan objek untuk mendeteksi dan meluncurkan rudal untuk mencegatnya dengan meledakkan hulu ledak di dekat objek yang masuk, sehingga menghancurkannya.
Variabel lain, seperti kondisi atmosfer dan pola cuaca, juga diperhitungkan sebelum roket diluncurkan.
Dalam hal ini, Iron Dome mirip dengan sistem anti-rudal lainnya, seperti sistem Patriot buatan AS dan S-400 buatan Rusia.
Mereka berbeda dalam jangkauan dan jenis objek yang dapat mereka tembak.
Sementara Iron Dome dapat mendeteksi ancaman masuk dari jarak 4 hingga 70 km.
Israel mengklaim tingkat intersepsi untuk Iron Dome adalah sekitar 90%, sementara beberapa ahli menyebutkan angkanya mendekati 80%.
Jika israel digempur 2.800 rudal di atas sebagai referensi, itu berarti masih ada 560 rudal tetap tak terhentikan.
Pada titik ini, kualitas misil dan ketepatan penargetan, serta kecepatan terbang proyektil menjadi faktor penting.
Meski demikian, ternyata Iron Dome memiliki beberapa risiko yang amat berbahaya bagi orang Israel.
Mantan tentara Israel mengajukan gugatan class action terhadap Kementerian Pertahanan Israel pada April 2021.
Ia mengklaim mereka menderita kanker karena mereka telah menjalankan misi untuk mengoperasikan sistem Iron Dome.
Tentara menjuluki sistem itu seperti "pemanggang roti" dan membandingkan paparan radiasi pada radar sistem dengan yang ditemukan di oven microwave.
"Saat Anda berada di dekat radar, Anda benar-benar merasakan tubuh Anda mendidih keluar, jika Anda mencoba membayangkan apa yang akan terjadi," kata Jonathan Haimovich, mantan operator sistem Iron Dome.
"Kebetulan ketika Anda meletakkannya. dalam microwave, itu saja. Anda akan merasakan panas dalam gelombang," katanya.
Setidaknya 10 tentara berusia 20-an dan 30-an menyalahkan kanker mereka atas konsekuensi pengoperasian sistem Iron Dome di unit tempur mereka.
Namun, pejabat Israel menyangkal adanya hubungan antara sistem dan kasus kanker di antara personel militer.