Dipuja-puji Sebagai yang Termaju Sampai Indonesia Diminta Meniru, Pertanian Israel Nyatanya Jadi yang Paling Beracun di Dunia

Ade S

Penulis

Teknologi pertanian Israel memang yang terbaik dan tercanggih di dunia. Tapi di sisi lain juga menjadi yang paling beracun di dunia.

Intisari-Online.com -Meski kerap diberi label sebagai yang terbaik di dunia, faktanya pertanian Israel malah disebut sebagai yang paling beracun di dunia.

Melalui klaim yang diperoleh dari hasil sebuah survei tersebut bahkan menyebut bahwa hasil pertanian Israel mengandung salah satu zat paling beracun di dunia.

Seperti kita ketahui, pertanian Israel belakangan kembali menjadi sorotan karena diketahui sebagai salah satu alasan negara tersebut menjadi kaya raya.

Kekayaan Israel sendiri menjadi perhatian kala negeri Yahudi tersebut menggunakan alutsista-alutsista canggih saat menggempur Gaza.

Baca Juga: Salah Kaprah JikaSebut Joe Biden Lebih Baik dari Donald Trump,Presiden Amerika ItuMalah Dukung Israel Serang Palestina, 'IsraelBebas Lakukan Apapun'

Sebut saja Iron Dome, sistem pertahanan udara yang digunakan untuk menangkal serangan roket Hamas, yang dibanderol Rp1,4 triliun per unitnya.

Beralih ke armada udara, Israel memiliki sederet pesawat tempur canggih termasuk jet tempur siluman F-35 yang mewajibkan sebuah negara gelontorkan Rp1,3 triliun untuk memboyong satu unitnya.

Dengan kondisi berada di tengah gurun pasir gersang dan cadangan minyak yang tak semelimpah Arab Saudi, tentunya terasa janggal melihat deretan alutsista canggih nan mahal Israel.

Faktanya, Israel justru mengembangkan negaranya menjadi negara industri dengan manufaktur menjadi tulang punggungnya.

Baca Juga: Coreng Wajah Israel Karena Berhasil Bikin Iron Dome Jebol, Ini Bedanya Rudal dan Roket

Selain industri manufaktur, sektor pertanian Israel juga begitu mencolok hingga diberi label sebagai salah satu yang terbaik di dunia.

Produktivitas lahannya sangat tinggi berkat kemajuan teknologi tinggi yang mereka gunakan.

Produk-produk pertanian unggulan dari Israel antara lainjeruk, anggur, lemon, alpukat, pisang, apel, ceri, plum, strawberi, pir, dan buah pome.

Bahkan mereka dikabarkan sedang mengembangkan tanaman ganja yang hanya akan memberi manfaat medis tanpa memberi efek memabukkan.

Keberhasilan Israel mengembangkan pertanian di negaranya pada akhirnya mendorong negara tersebut mengekspor alat-alat pertaniannya.

Bahkan kini volume ekspor alat-alat pertanian dan peternakan Israel menjadi yang terbesar di dunia.

Kisah keberhasilan teknologi pertanian Israel pun mulai dirasakan oleh negara-negara lain.

Sebut saja Ethiopia yang sejak tahun 2000 secara resmi menjadi salah satu negara termiskin di dunia.

Baca Juga: Jauh Sebelum Iron Dome Jebol, Ternyata Korea Selatan Sudah Sangat Yakin Lebih Pilih Sistem Ini untuk Lindungi Negaranya dari Hantaman Rudal Korea Utara

Namun, negara yang pada akhirnya terkenal dengan kelaparan dan busung lapar tersebut mengejutkan dunia berkat kemajuan luar biasa negara tersebut dalam satu dekade terakhir.

Peringkat Ethiopia dalam daftar negara terbesar dalam bidang pertanian dan ketahanan pangan dunia menurut Food Sustainability Index (FSI) melesat ke peringkat ke-12.

Hanya satu tingkat di bawah negara adidaya dengan segala kecanggihan teknologinya, Amerika Serikat.

Organisasi nirlaba Israel, Fair Planet, menjadi aktor besar di balik kesuksesan pertanian Ethiopia tersebut.

Mereka memberikan benih-benih berkualitas tinggi yang dapat dalam segala iklim, termasuk kerasnya iklim Ethiopia, kepada para petani.

Tak ayal, hasil panen pertanian Ethiopia pun kemudian melesat hingga lima kali lipat dari sebelumnya.

Sementara itu di Indonesia, kisah kedigdayaan pertanian Israel pun memiliki cerita tersendiri.

Pada 2012 misalnya, Indonesia pernah digemparkan masuknya berton-ton buah-buahan asal Israel.

Baca Juga: Sanggup Luncurkan 3.000 Roket ke Israel, Ternyata Inilah Cara Hamas Kumpulkan Dana Perang

Di Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, kisahkedigdayaan pertanian Israel malah memberikan dampak luar biasa sekembalinya seorang pria dari negara tersebut.

Yance Maring, nama pria tersebut, berhasil menerapkan ilmu pertanian yang didapatnya di Israel di kampung halamannya.

Berkat sistem irigasi tetes yang dipelajarinya di Israel, Yance berhasil menggarap lahan kritis nan kering menjadi lahan yang produktif.

"Ketika kembali, saya melihat kondisi NTT kususnya Sikka kurang lebih sama dengan Israel, bahkan di sana masih lebih kritis kondisinya," tutur Yance, Kamis (18/3/2021), seperti dikutip dari Kompas TV.

Hanya saja klaim tentang keberhasil dari teknologi pertanian Israel tidak selamanya berjalan tanpa cacat.

Pada akhir Oktober 2012, produk hasil pertanian Israel diklaim sebagai salah satu yang paling beracun di dunia.

Bahkan produk pertanian mereka mengandung senyawa dengan medil bromida yang sangat beracun untuk digunakan.

Dengan jumlah mencapai 3,5 ton per kilometer persegi, penggunaan pestisida dalam pertanian Israel menjadi salah satu yang tertinggi di dunia.

Baca Juga: Terlalu Banyak Sesumbar, Rencana Netanyahu untuk Israel dan Palestina Disebut Telah Gagal Total

Coba saja bandingkan jumlah penggunaan pestisida di Swedia yang menjadi terendah di dunia, yaitu hanya 40 kg per kilometer persegi.

Data ini pun pada akhirnya menunjukkan bahwa Israel telah menggunakan bahan terlarang dan dapat merusak lingkungan dalam pertaniannya.

Para petani Israel malah akhirnya diketahui telah melakukan praktik tidak layak pada lahan pertaniannya termasuk penggunaan bahan-bahan kimia berbahaya.

Paling maju sih, tapi kalau paling beracun, ya, pada akhirnya tak bisa dikonsumsi juga dong?

Baca Juga: Tewas Dihantam Rudal Israel saat Salat Subuh, Inilah Syekh Ahmad Yassin, Tokoh Karismatik Hamas yang Seumur Hidupnya Berjuang di Atas Kursi Roda

Artikel Terkait