Intisari-online.com - Saat ini India memang tengah menjadi sorotan dunia karena lonjakan kasus Covid-19 di negaranya.
Lonjakan kasus Covid-19 di India ini, diprediksi akan membawa dampak bagi beberapa negara Asia.
Bahkan beberapa negara Asia Tenggara sudah menunjukkan tanda-tanda mengalami lonjakan, seperti Thailand, Filipina dan Kamboja.
Tak hanya itu saja, media Vietnam 24h.com.vn, pada Sabtu (8/5/21) juga menyorot dua negara Asia Tenggara ini, yaitu Indonesia dan Malaysia.
Kedua negara Asia Tenggara ini disorot karena melakukan aturan larangan bepergian atau dikenal dengan istilah mudik di Indonesia.
Baik Indonesia dan Malaysia kedua negara ini ternyata melakukan larangan mudik, yang mencegah orang-orang kembali ke kampung halamannya pada hari raya Idul Fitri.
Namun, laporan itu mengatakan bahwa pencegahan tersebut belum cukup untuk mencegah infeksi super seperti yang terjadi di India, lapor para ahli.
Idul Fitri sendiri diperkirakan akan jatuh pada tanggal 13 dan 14 Mei 2021.
Pejabat Indonesia berusaha mencegah orang untuk mudik dengan memberlakukan larangan perjalanan 12 hari selama dan setelah hari raya.
Di Malaysia, larangan perjalanan antarnegara bagian akan berlaku satu bulan setelah hari raya Idul Fitri.
Blokade sebagian ibu kota Kuala Lumpur juga akan berlaku hingga 20 Mei.
Indonesia saat ini mencatat sekitar 5.000 kasus baru Covid-19 setiap hari, sedangkan jumlah kasus di Malaysia sekitar setengahnya.
Pejabat Indonesia menyatakan kehati-hatian, khawatir gelombang kedua infeksi terjadi karena munculnya strain baru.
Mengeluarkan larangan bepergian selama periode hari raya juga tidak mudah.
Sekitar 87% dari 270 juta penduduk Indonesia adalah Muslim.
Bagi mereka yang tinggal di kota besar, libur Lebaran merupakan satu-satunya kesempatan bagi mereka untuk pulang kampung.
Idul Fitri adalah hari rayaterbesar tahun ini di Indonesia.
Tahun ini, beberapa masyarakat Indonesia terus mencari cara untuk menghindari hukum, untuk bisa mudik.
Penduduk diizinkan bepergian dengan waktu terbatas jika hasil tes mereka negatif dan memiliki dokumen yang mengonfirmasi tujuan perjalanan.
Sebuah video muncul di media sosial Indonesia baru-baru ini, menunjukkan seorang wanita menangis, meminta izin kepada petugas polisi di provinsi Bantan untuk melanjutkan perjalanan ke provinsi Lampung di pulau Sumatera.
Wanita itu menjelaskan bahwa dia kehilangan pekerjaan dan tidak punya uang. Polisi kemudian membiarkannya.
Berdasarkan survei baru-baru ini, Kementerian Perhubungan Indonesia mengumumkan bahwa 18 juta orang masih ingin pulang kampung selama Idul Fitri.
Sejak pekan lalu, 642.000 orang telah berangkat lebih awal dengan segala cara yang memungkinkan, dari darat, laut hingga kereta api, menurut angka resmi.
Polisi meningkatkan patroli dan kontrol dengan mengerahkan 155.000 orang untuk bekerja di 333 pos pemeriksaan yang tersebar dari Sumatera hingga Bali
Tahun lalu, perayaan Idul Fitri menyebabkan angka penularan Covid-19 di Indonesia meningkat 10-20%.
"Kerumunan seperti itu jelas hanya meningkatkan jumlah kasus," kata Dicky Budiman, seorang ahli epidemiologi di Griffith University di Australia.
"Ada strain baru yang bermunculan di Indonesia, serta kemungkinan orang yang telah terinfeksi Covid-19 bisa kembali terinfeksi. Makanya mudik tahun ini berpotensi bahaya," kata Budiman.
Varian Covid-19 yang berasal dari India, Afrika Selatan, dan Inggris Raya semuanya muncul di Indonesia dan Malaysia.
Hermawan Saputra, anggota Perhimpunan Kesehatan Masyarakat Indonesia, mengingatkan peningkatan jumlah kasus dari 30-50% akan membuat sistem kesehatan di negeri ini lumpuh.
Malaysia juga menghadapi situasi yang sama seperti Indonesia.
Ahli epidemiologi memperingatkan bahwa jumlah infeksi Covid-19 saat ini dapat meningkat dari 30.000 menjadi 50.000, setelah festival Idul Fitri.
"Sangat sulit untuk memantau pertemuan orang-orang di daerah pedesaan yang dimiliki atau terpencil, kecuali masyarakat lokal secara aktif menghentikan penularan virus", ahli epidemiologi, Tien Malina Osman dari Universitas Putra Malaysia mengatakan kepada The New Straits Times.