Pasien Covid-19 di India Mengamuk Sampai Maju ke Pengadilan Gugat Perdana Menteri, Bawa Segerombol Buruh Lewat Feri Hanya untuk Bangun Rumah Mewah Senilai 25 Triliun Hasil Mengemis Kepada Negara

Maymunah Nasution

Editor

Narendra Modi diibaratkan Nero Kaisar Romawi yang bermain ketika Roma terbakar. asap India mengepul akibat kremasi korban virus Corona tapi ia malah pilih merenovasi rumahnya
Narendra Modi diibaratkan Nero Kaisar Romawi yang bermain ketika Roma terbakar. asap India mengepul akibat kremasi korban virus Corona tapi ia malah pilih merenovasi rumahnya

Intisari-online.com -Sementara rumah sakit kehabisan oksigen dan pasien Covid-19 yang meninggal mencapai ribuan, Perdana Menteri India Narendra Modi malah habiskan uang negara.

Dilansir dari CNN, Modi sahkan pencairan dana lewat parlemen sebanyak 1.8 miliar Dolar atau 25 Triliun Rupiah.

Dana itu digunakan salah satunya untuk membangun rumah baru bagi Modi.

Keputusan itu telah membuat berang publik dan pejabat politik oposisi.

Baca Juga: Seakan-akan Perjuangan India Sia-Sia, Ini Penyebab Upaya Melawan Covid-19 di India Semakin Sulit

Mereka mengatakan tidak setuju dengan menghambur-hamburkan uang di saat negara mereka sangat memerlukan untuk krisis yang mereka hadapi.

Renovasi mahal itu dikenal dengan nama Central Vista Redevelopment Project, telah dikategorikan sebagai "jasa penting" artinya konstruksi diperbolehkan lanjut bahkan ketika proyek pembangunan lain dihentikan.

Dua warga yang salah satunya positif Covid-19 dengan ibunya yang juga pengidap Covid-19, mengajukan kasus tersebut kepada Pengadilan Tinggi Delhi Rabu kemarin.

Mereka berupaya menghentikan konstruksi, yang telah dilanjutkan meskipun ibukota dikunci.

Baca Juga: Beredarnya Berita Ramuan Obat Herbal yang Bisa Menyembuhkan Ini dan Tak Percaya Sains Semakin Persulit Perjuangan Lawan Covid-19 di India

Petisi menyatakan pembangunan parlemen itu tidak sesuai dengan jasa penting dan pekerjaan pembangunan itu bisa menjadi penyebaran mengerikan Covid-19, menurut petisi khusus yang diajukan oleh pengacara Nitin Saluja.

Pasalnya para pekerja dikirimkan lewat kapal feri dari kamp buruh mereka ke tempat pembangunan, menurut dokumen parlemen.

Pengadilan Tinggi menawarkan sidang dengan bulan ini, tapi petisi berhasil membawa masalah itu ke Pengadilan Agung dengan argumen jika pengadilan lebih rendah "gagal memahami gentingnya" situasi tersebut.

"Sejak ada masalah kesehatan publik yang darurat, penundaan apapun dapat menyebabkan terjadinya kehilangan yang fatal," tulis Saluja kepada Pengadilan Agung.

Baca Juga: Banyak yang Salah Menafsirkannya, Inilah 5 Fakta Tentang Penyebaran Covid-19 di India, yang Ternyata Tak Seperti yang Anda Bayangkan

Saluja mengatakan kasus akan didengar Jumat.

India telah melaporkan lebih dari 3000 kematian Covid-19 dalam beberapa hari terakhir.

WHO sudah melaporkan India menyumbang seperempat korban Covid-19 global minggu lalu.

Proyek mematikan

Baca Juga: Imbas Memburuknya Situasi Covid-19 di India, Negara Asia Tenggara yang Lokasinya Dekat dengan Indonesia Ini Ternyata Juga Sudah Diminta Waspada, Begini Situasinya Kini

Sebelum gelombang kedua pun program Central Vista telah menyebabkan kontroversi dengan kritik mengatakan renovasi menyebabkan India harus membayar untuk membuang sejarah dan kebudayaannya.

Namun pihak oposisi telah memanas baru-baru ini.

Proyek itu disebut proyek yang sia-sia.

Para pendukung renovasi seluas 86 acre (35 hektar) mengatakan itu perlu karena bangunan berusia 100 tahun saat ini tidak sesuai untuk tujuan.

Baca Juga: Tsunami Covid-19 di India Bikin Kalang Kabut Seluruh Dunia, Bahkan Virus Mematikan Ini Sudah Masuk ke Tempat Paling Tinggi di Muka Bumi, 'Suara Orang Batuk di Mana-mana'

"Peluncuran pembangunan Gedung Parlemen India, dengan gagasan ke-India-an oleh orang India, adalah salah satu tonggak terpenting dari tradisi demokrasi kita," kata Modi pada bulan Desember saat peletakan batu fondasi bangunan itu.

"Kami rakyat India akan membangun gedung Parlemen baru ini bersama-sama."

Diperkirakan 46.700 orang diperkirakan akan dipekerjakan sementara selama konstruksi, menurut berita acara yang dirilis minggu lalu dari pertemuan komite penilai ahli bulan April.

Rapat tersebut memperkirakan perluasan gedung parlemen dan pembangunan gedung parlemen baru akan selesai pada November 2022, sedangkan kediaman Perdana Menteri akan selesai pada Desember 2022.

Baca Juga: Indonesia Kecolongan Lagi! Kapal Asal India Ketahuan Bersandar di Riau, Kapten dan Seluruh ABK-nya Positf Covid-19, Langsung Bikin Satgas Riau Lakukan Hal Ini

Seluruh proyek akan selesai pada akhir 2026 .

Proyek senilai $ 1,8 miliar itu mendapat persetujuan lingkungan dari panel ahli Kementerian Lingkungan Hidup awal tahun ini, yang pada dasarnya memberi lampu hijau kepada proyek tersebut.

Tetapi karena kasus virus Corona telah melonjak, begitu pula reaksi terhadap proyek Modi.

"Orang-orang sekarat karena Covid tetapi prioritas (Perdana Menteri Modi) adalah proyek Central Vista," tweet Yashwant Sinha, mantan menteri keuangan dan urusan luar negeri.

Baca Juga: India Saja Sudah Terlihat Babak Belur Dihajar Covid-19, Negara yang Sedikit Tersorot Ini Malah Disebut Memiliki Kondisi Covid-19 Lebih Parah daripada India

"Haruskah kita tidak membangun rumah sakit saja? Berapa harga yang harus dibayar bangsa untuk memilih seorang meglomaniak?"

Awal pekan ini, anggota parlemen oposisi Rahul Gandhi mengatakan : "Ego (Perdana Menteri) lebih besar dari kehidupan masyarakat."

Dalam tweet sebelumnya, Gandhi berkata : "Central Vista - tidak penting. Pusat (Pemerintah) dengan visi - penting."

Partai Komunitas Sitaram Yechury India menyebut langkah itu " aneh ".

Baca Juga: Bukan Hanya India Saja yang Dilanda Badai Covid-19, Beberapa Negara-Negara di Asia Tenggara Ini Ternyata Juga Terancam Terkena 'Tsunami' Covid-19

Kritik telah melampaui politisi. Di Twitter, beberapa orang bahkan membandingkan antara Modi dan Nero, kaisar Romawi yang, menurut legenda, bermain-main saat Roma terbakar.

Proyek ini hanyalah tanda terbaru melawan Modi, yang telah dikritik karena penanganan gelombang kedua.

Bahkan ketika kasus-kasus meroket, para kritikus mengatakan dia meremehkan risiko dan terus mengadakan demonstrasi politik massal menjelang pemilihan negara bagian.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait