Intisari-Online.com - Dari tahun ke tahun, kekuatan militer Indonesia menempati peringkat yang cukup bagus di dunia.
Saat ini, menurut Global Firepower 2021, Indonesia ada di peringkat ke-16 dari 140 negara di dunia.
Sementara di Asia Tenggara, militer Indonesia dianggap sebagai yang terkuat menduduki peringkat pertama, dibuntuti Vietnam dan Thailand.
Namun, menjadi militer paling kuat di Asia Tenggara tentu belumlah cukup untuk menangkal ancaman besar yang mungkin hadir.
Kemungkinan ancaman semacam itu membuat TNI tak bisa berdiam diri tanpa melakukan penguatan alutsistanya.
Seperti ancaman yang datang dari China, di mana Negeri Panda terus mengklaim wilayah Laut China Selatan, termasuk klaimnya terhadap perairan Natuna Utara.
Pada Desember 2019 lalu, bahkan China dengan berani mendatangkan Coast Guard dan Fregat kelas berat Jiangkai II class untuk sekedar mengukur kesiapsiagaan angkatan perang Indonesia.
Agresivitas China mampu dihadapi TNI, namun keberanian prajurit Indonesia juga masih harus dibarengi dengan peralatan tempur yang mumpuni.
Ternyata, penguatan alutsista bagi TNI saat itu juga dilakukan, seperti yang diungkapkan lembaga independen asal Swedia, Stockholm International Peace Research Institute atau disingkat SIPRI.
Mengutip sipri.org, lembaga tersebut bekerja di bidang penelitian konflik, persenjataan, kontrol dan pelucutan senjata.
SIPRI menyediakan berbagai data, analisis, serta rekomendasi yang didasarkan pada sumber terbuka.
Salah satu pekerjaannya ialah membuat laporan transfer senjata di dunia dari berbagai negara.
Terungkap seperti apa transaksi impor persenjataan Indonesia pada kurun waktu tahun 2019.
SIPRI mengeluarkan data impor persenjataan Indonesia, yang menunjukkan bahwa Indonesia membeli berbagai senjata kelas berat hingga ringan.
Di antaranya kapal selam kelas Chang Bogo/Nagapasa Class, Self Propelled Howitzer CAESAR dari Prancis, kapal Landing Platform Dock (LPD) Makassar Class, sampai 80 jet tempur KFX/IFX dari Korea Selatan.
Berikut ini rinciannya.
Dari data impor persenjataan militer Indonesia oleh SIPRI juga tampak ada pembelian yang unik.
Memperkuat persenjataan militernya, Indonesia juga dilaporkan mengimpor senjata yang berasal dari Israel walau Indonesia tak punya hubungan diplomatik dengan negeri Yahudi.
Senjata itu adalah Turret Infantry Fighting Vehicle (IFV) ut-30 Mk2 yang nantinya akan dipasangkan di Pandur II.
Sementara untuk lini ekspor, saat itu data SIPRI menunjukkan Indonesia berhasil menjual pesawat CN-235 ke Senegal dan Nepal.
Total Kekuatan Militer Indonesia Saat Ini
Menurut Global Firepower, tercatat Indonesia memiliki Power Index 0.2684, di mana 0,0000 merupakan nilai yang dianggap sempurna.
Sebagai perbandingan, saat ini Amerika Serikat yang menduduki peringkat pertama kekuatan militer dunia memiliki Power Index 0.0718. Sementara Arab Saudi yang peringkatnya berada tepat di bawah Indonesia punya skor Power Index 0,3231.
Globel Firepower menyusun peringkat kekuatan militer dunia dengan menggunakan lebih dari 50 faktor individu untuk menentukan skor PowerIndex suatu negara dengan kategori mulai dari kekuatan militer dan keuangan hingga kemampuan logistik dan geografi.
Kini, total personel militer yang dimiliki Indonesia saat ini tercatat sebanyak 1.080.000, terdiri dari 400.000 personel aktif, 400.000 personel cadangan, dan 280 paramiliter.
Baca Juga: Ancaman Hamas pada Israel Masih Nyaring Terdengar, Israel Malah Kembali Tembak Mati Remaja Palestina
Di udara, total kekuatannya 458. Sebanyak 41 pesawat tempur dimiliki Indonesia, selain itu ada 38 pesawat serangan khusus, 64 pesawat angkutan, 17 pesawat misi khusus, 1 armada tanker, 188 helikopter, 15 helikopter serang, dan 109 pesawat latihan.
Kemudian di darat, ada 332 tank, 1.430 kendaraan lapis baja, 153 artileri self- propelled, 366 artileri derek, dan 63 proyektor roket.
Sedangkan di laut, militer Indonesia diperkuat 5 kapal selam, 7 fregat, 24 korvet, 10 mine warfare, dan 179 kapal patroli.
Di sisi keuangan, tahun ini diperkirakan Indonesia mengalokasikan 9,2 miliar dolar AS untuk anggaran pertahanannya.
Baca Juga: Cara Menghitung Weton Sebelum Menikah (Bagian 1)
(*)