Fasih berbahasa Indonesia setelah dibesarkan di Bendigo dan Melbourne dan menyelesaikan gelar di Melbourne University, Sword bekerja sebagai guru dan juru kampanye hak asasi manusia di Jakarta.
Ketika itu dia mulai menyampaikan pesan dari Xanana di depan polisi dan tentara Indonesia.
Dia menggambarkan Gusmao, seorang pemimpin yang cerdik dalam perjuangan kemerdekaan Timor Timur.
Telah menjalani tujuh tahun dari hukuman penjara 20 tahun sebelum dibebaskan pada tahun 1999 setelah orang Timor Leste memilih untuk melepaskan diri dari Indonesia.
Beberapa orang terkejut ketika Sword, lalu menjadi sekretarisnya dan jatuh cinta dengan mantan pemimpin gerilyawan yang karismatik itu.
Mereka menikah pada tahun 2000 dan putra pertama mereka, Alexandre, lahir setelah itu.
Sword pindah ke Timor Leste sebagai rumahnya dan menjadi dikagumi secara luas di antara orang Timor Leste saat dia berkomitmen untuk pekerjaan menjadi ibu negara.
Pada saat itu Timor Leste adalah negara terbaru di dunia yang berjuang untuk pulih dari reruntuhan dan pertumpahan darah setelah serangan kekerasan oleh milisi pro-Indonesia untuk pemungutan suara kemerdekaan.
Dia mendirikan Alola Foundation pada tahun 2001 untuk memenuhi kebutuhan perempuan Timor Leste dan keluarga mereka.
Source | : | The Sydney Morning Herald |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR