Intisari-Online.com - Jumat lalu Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menyerukan "perdamaian dan stabilitas di seluruh Selat Taiwan" dalam sebuah pernyataan setelah pertemuan mereka di Gedung Putih.
Ini adalah pertama kalinya sejak 1969 para pemimpin kedua negara menyebut Taiwan dalam pernyataan resmi bersama.
Pernyataan itu muncul sebagai tanggapan atas spekulasi dan kekhawatiran yang berkembang bahwa China mungkin sedang mempertimbangkan aneksasi paksa terhadap Taiwan.
Suga kemudian bersikeras bahwa pengumuman Gedung Putih tidak "melibatkan keterlibatan militer sama sekali", setelah kembali ke Jepang.
Dalam op-ed untuk surat kabar China, Global Times, seorang jurnalis China terkemuka memperingatkan Jepang untuk menghindari keterlibatan konflik di masa depan antara China dan Taiwan, atau mereka akan menghadapi 'pukulan'.
Melansir Express.co.uk, Minggu (25/4/2021), Hu Xijin menyebut klarifikasi perdana menteri Jepang itu sebagai langkah "bijak", tetapi mengatakan masih ada beberapa radikal yang ingin "bertindak sombong terhadap masalah Taiwan."
Pemimpin redaksi surat kabar itu melanjutkan: "Kita harus memberi tahu orang-orang radikal Jepang yang sombong itu: Jika perang pecah di Selat Taiwan dan Pasukan Bela Diri Jepang menerapkan intervensi militer mengikuti AS, maka mereka pasti akan menjadi sasaran Tentara Pembebasan Rakyat China.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR