Ngerinya, saat tinggal landas di ujung landasan sudah menanti jurang dalam.
Di pesawat kecil seluruh barang dan berat badan harus dihitung agar muatan tidak melebihi batas angkut maksimal.
Penumpang teringan duduk paling belakang karena akan berpengaruh saat tinggal landas.
Bila beban belakang terlalu berat, ekor bisa tidak naik.
Gangguan lain, tidak menentunya cuaca di Papua, namun umumnya tidak berangin dan tidak berkabut di pagi hari.
Di desa-desa tertentu telah diketahui kapan angin mulai kencang, sehingga selewat jam itu pesawat tidak mungkin mendarat.
Pesawat harus benar-benar memperhitungkan cuaca karena banyak kecelakaan terjadi akibat salah perhitungan.
Cuaca di desa yang dilewati dimonitor melalui radio SSB (single side band). Bila merah artinya tidak baik, kuning adalah berawan dan sedikit kabut, sedangkan hijau berarti cerah.
Cuaca pun bisa mendadak berubah. Tidak jarang pesawat gagal menembus Pegunungan Jayawijaya akibat kabut.
Terpaksa pesawat kembali lagi menunggu cuaca membaik.
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR