Advertorial

Para Kru Sampai Tulis Pesan Terakhir dengan Darah, Inilah Tragedi Tenggelamnya Kapal Selam Kursk, Jadi Tumbal Putin yang Mati-matian Rahasiakan Kebobrokan Militernya Sendiri

Tatik Ariyani

Editor

Intisari-Online.com -Kapal selam KRI Nanggala-402 diperkirakan hilang di perairan sekitar 60 mil atau sekitar 95 kilometer dari utara Pulau Bali.

Insiden hilangnya KRI Nanggala-402 itu pun dibenarkan oleh Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

Ia mengatakan, kapal itu dikabarkan hilang sekitar pukul 03.00 waktu setempat.

Dikutip Kompas.id, Rabu, Hadi mengatakan, "Baru izin menyelam, setelah diberi clearance, langsung hilang kontak."

Baca Juga: Pantas MV Swift Rescue Singapura Dikerahkan untuk Bantu Pencarian KRI Nanggala-402, Ternyata Punya 'Segudang' Kecanggihan Ini, Mampu Menembus Kedalaman Laut hingga Ratusan Meter

Insiden tenggelamnya kapal selam juga pernah terjadi di Rusia, di mana kecelakaan kapal selam Kursk menewaskan 118 orang.

Kapal selam nuklir Rusia, Kursk, tenggelam ke dasar Laut Barents setelah dihantam rudal kapal perusak Rusia dalam latihan pada Agustus 2000.

Dalam surat kabar Jerman Berliner Zeitung edisi Jumat (8/9/2000) yang dilansir Harian Kompas pada 9 September 2000, dilaporkan bahwa Kursk tenggelam akibat rudal Granit yang dikendalikan radar dan ditembakkan kapal nuklir kelas Kirov, Peter the Great (Peter Agung).

Insiden itu terjadi pada 12 Agustus 2000 sewaktu Armada Utara Rusia sedang latihan.

Baca Juga: Hilang Kontak di Perairan Bali, Tak Disangka KRI Nanggala-402 Mengemban Banyak Misi Rahasia hingga Jadi Ujung Tombak Sengketa Blok Ambalat yang Kaya Migas

Meski laporan itu dan kesimpulannyatelah diserahkan ke Presiden Vladimir Putin pada 31 Agustus 2000, tetapi sampai sekarang penyebab pasti tenggelamnya Kursk masih misteri.

Awalnya Rusiamengatakan bahwa kecelakaan Kursk karena tabrakan dengan kapal selam lainnya yang kemungkinan milik negara anggota NATO, namun laporan itu kemudian diperlunak dan dikatakan mungkin akibat tabrakan di bawah laut.

Kontroversi lainnya yang diberitakan AFP pada Rabu (21/4/2021), otoritas Rusia menolak bantuan dari kapal Angkatan Laut Inggris dan Norwegia.

Mayoritas korban meninggal saat kecelakaan, dan ada beberapa yang masih bertahan hidup selama sekian hari.

Para pelaut yang masih sempat bertahan itu menulis catatan harian dengan darah untuk orang-orang yang mereka cintai, kemudian mati lemas.

"Ini adalah musibah terburuk Angkatan Laut Rusia," tulis AFP.

Baca Juga: Resmi! Mudik Dilarang Mulai 22 April 2021 Hari Ini, Berikut Perluasan Periode Larangan Mudik oleh Satgas Penanganan Covid-19

Artikel Berliner Zeitung yang dilansir Harian Kompas menyatakan, laporan terinci memperlihatkan kapal jelajah menembakkan peluru kendali yang dilengkapi dengan sistem pemburu baru.

Rudal itu menerobos air sekitar 20 km jauhnya waktu ledakan bawah air dicatat di atas kapal perusak, kemudian disusul lagi ledakan lain.

"Kedua ledakan itu seharusnya tampak dari anjungan kapal perusak. Di atas kapal itu, para awak semula mengira ledakan kedua itu bagian dari latihan."

"Namun, komisi peneliti FSB menulis dalam laporan, mereka menduga posisi Kursk dan rudal Granit sangat bertepatan pada kedalaman 400 meter," tulis surat kabar tersebut.

Tidak diungkapkan alasan yang tepat mengapa peluru kendali itu sampai menimpa Kursk.

Juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) Ken Bacon mengatakan, ledakan keras setara 1-5 ton peledak TNT menimpa kapal selam Rusia Kursk di Laut Barents.

Baca Juga: Rekam Jejak Tindak-tanduk Sabinus Waker, Pentolan KKB Papua yang Markasnya Pernah Dibikin Kocar-Kacir, TNI-Polri Menemukan Barang-barang 'Printilan' Tak Terduga Ini

Hal itu menguatkan teori bahwa ledakan dari luar menyebabkan torpedo Kursk meledak di bagian buritan kapal selam.

Ledakan kedua, yang terjadi satu menit 16 detik setelah yang pertama, 45 sampai 50 kali lebih kuat.

Mirisnya, dalam kecelakaan Kursk, Presiden Vladimir Putin sempat dituding sengaja mengorbankan kru dan tak segera meminta bantuan intenasional, dengan dalih rahasia strategis.

Artikel Reuters dan AFP mengungkapkan, Putin sedang berlibur di Laut Hitam saat kecelakaan kapal selam Rusia Kursk terjadi.

Putinbaru angkat bicara dan minta bantuan internasional setelah empat hari berita musibah terungkap.

Artikel Terkait