Plakat itu menyatakan bahwa Coen memimpin ekspedisi terhadap salah satu Kepulauan Banda dan "ribuan orang Banda kehilangan nyawa selama penyerangan tersebut".
Tapi plakat itu juga mencantumkan pernyataan bermasalah bahwa Coen dipuji sebagai administrator yang kuat dan visioner dan sebagian memuliakannya.
Titik nyala lain terjadi di Amsterdam, di mana coretan disemprotkan ke sebuah monumen yang didirikan pada tahun 1935 untuk mengenang JB van Heutsz, mantan gubernur provinsi Aceh di Indonesia dan gubernur Hindia Belanda.
Dari tahun 1899 hingga 1909, selama pemerintahan Van Heutsz, sekitar 22.000 orang Indonesia terbunuh .
Penolakan terhadap monumen Van Heutsz juga bukan hal baru.
Pada tahun 1962, mengacu pada pemerintahan kolonial Van Heutsz atas Indonesia, kata "Indonesia merdeka" dilukis di monumen tersebut.
Selain itu, menyusul protes terhadap monumen tersebut, pada tahun 2007, nama dan gambar Van Heutsz dicopot dari situ dan tugu tersebut berganti nama menjadi Monumen Indie Nederland ( Monumen Hindia Belanda-Belanda).
Terlepas dari protes seperti itu, banyak politisi masih terus mengagungkan atau memaafkan era kolonial.
Misalnya, menurut survei tahun 2019, 50 persen warga Belanda memandang kolonialisme Belanda sebagai sumber kebanggaan.
Source | : | Foreign Policy |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR