Hubungan Rusia Makin Buruk dengan NATO, Namun Makin Mesra dengan China, Rusia-China Sebut Tak Bakal Hidupkan Blok Timur

Tatik Ariyani

Editor

Terminator, kendaraan tempur pendukung tank Rusia penghancur helikopter dan pesawat
Terminator, kendaraan tempur pendukung tank Rusia penghancur helikopter dan pesawat

Intisari-Online.com- Hubungan antara Rusia dan negara-negara anggota NATO memburuk dalam beberapa bulan terakhir.

Hubungan keduanya memburuk setelah konflik antara Rusia dengan Ukraina semakin memanas terkait situasi terkini di Donbass.

Pekan lalu, Lavrov menyangkal klaim dari Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg yang berkeras bahwa ketidakharmonisan antara NATO dan Rusia adalah kesalahan Moskwa.

Lavrov mengatakan, Rusia bukannya tak mau berdialog dengan NATO.

Baca Juga: Gagal Lenyapkan Lawan Putin dengan Racun, Rusia Disebut Bunuh Navalny Perlahan-lahan dalam Penjara, 'Mereka Telah Mencoba untuk Membunuhnya'

Moskwa hanya tak ingin duduk satu meja dan membicarakan Ukraina.

“NATO tidak ada hubungannya dengan Ukraina,” ujar Lavrov.

Konflik Moskwa dan Kiev semakin memanas beberapa hari terakhir setelah muncul laporan bahwa Rusia mengerahkan pasukannya ke wilayah perbatasan dengan Ukraina.

Seorang diplomat Ukraina, Aleksey Arestovich, mengatakan bahwa negaranya akan bekerja dengan NATO untuk mempersiapkan kemungkinan terburuk.

Baca Juga: Kecil-kecil Cabe Rawit, Rudal Milik Rusia Ini Konon Mampu Membumihanguskan Sebuah Kota di Amerika Dalam Sekejap, Sehebat Apa Kemampuannya?

Dia menambahkan latihan militer berskala besar dari NATO, dinamakan DefenderEurope 2021, telah dimulai.

Arestovich mengeklaim bahwa latihan tersebut akan difokuskan menjaga perairan Baltik hingga Laut Hitam dan simulasi konfrontasi bersenjata dengan Rusia.

Sebagai bagian dari latihan perang tersebut, Eropa akan menyaksikan penyebaran pasukan AS terbesar sejak awal abad ke-21.

Sekitar 20.000 tentara AS akan berpartisipasi, bersama dengan kontingen berkekuatan 17.000 personel dari negara-negara anggota NATO dan non-anggota seperti Ukraina.

Sebaliknya, beberapa tahun terakhir, Rusia dan China menjalin kemitraan yang semakin erat.

Namun demikian, kedua negara tersebut tidak melihat adanya manfaat potensial dalam membangun aliansi formal untuk menyaingi NATO di Eropa.

Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada Selasa (6/4/2021) sebagaimana dilansir Russian Today.

Baca Juga: Gagal Lenyapkan Lawan Putin dengan Racun, Rusia Disebut Bunuh Navalny Perlahan-lahan dalam Penjara, 'Mereka Telah Mencoba untuk Membunuhnya'

Pernyataan itu disampaikan Lavrov kepada wartawan saat dia berkunjung ke India.

Lavorv mengakui bahwa hubungan negaranya dengan “Negeri Panda” telah mencapai tingkat yang terbaik dalam sejarah.

Kendati demikian, kemesaraan hubungan tersebut tidak membuat keduanya berminat menciptakan aliansi angkatan bersenjata.

Lavrov bahkan mengkritik isu yang muncul mengenai pembentukan “NATO Timur” atau “Blok Timur” atau bahkan “NATO Asia”.

“Kami telah bertukar pandangan tentang masalah ini. Kami berbagi posisi yang sama dengan teman-teman India kami bahwa ini akan menjadi kontraproduktif,” tutur Lavrov.

Artikel Terkait