Namun secara umum, penduduk setempat tidak mengakses atau mengonsumsi jenis makanan yang tepat.
Gizi buruk, disebabkan ketergantungan yang meningkat pada makanan impor berkualitas rendah, seperti beras putih bersubsidi dan, terutama mie instan.
Hasilnya adalah tingkat kekurangan gizi, anemia dan berdampak pada perkembangan otak di kalangan anak-anak.
Tingkat hipertensi, penyakit jantung dan obesitas terus meningkat.
Pada saat yang sama, ketahanan alami terhadap dunia yang memanas semakin berkurang.
Perubahan iklim memberi tekanan lebih besar pada produsen makanan subsisten.
Di Timor-Leste, curah hujan pada 2019 adalah yang terendah dalam satu dekade.
Pada akhir abad ini, para ahli di negara tersebut telah memperkirakan kenaikan suhu sebesar 3 derajat, yang akan berdampak buruk pada kemampuan pertanian negara tersebut dan besarnya bencana alam, termasuk kekeringan dan banjir.
Di desa-desa yang kering, tanaman yang ditanam secara teratur berjuang dalam kondisi tersebut.
Pada saat yang sama, makanan asli terbukti lebih sulit diakses dan dibudidayakan.
Hal ini memicu ketergantungan pada produk yang dibeli dari pasar.
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR