Intisari-online.com -China akhirnya mendapatkan boikot dan sanksi dari negara-negara Barat atas polah biadab mereka di Xinjiang, terutama terhadap umat Muslim Uighur.
Tentu saja China membalas aksi tersebut.
Dilansir dari Lowy Institute, aksi balasan China justru membuat negara Barat hampir kehilangan pendapatannya.
China kemudian memblokir raksasa fashion Swedia H&M akhir Maret lalu.
Sudah banyak boikot produk luar negeri di China, setahun lalu China menghukum NBA atas ekspresi dukungan manajer tim untuk demokrasi Hong Kong.
Tahun 2010, China juga memblokir impor salmon dari Norwegia, setelah Hadiah Nobel Perdamaian diberikan kepada aktivis HAM Liu Xiaobo.
Namun H&M adalah korban dari kampanye "dukung kapas Xinjiang" yang tunjukkan sikap kasar Beijing terhadap Barat, yang akan membuat bisnis luar negeri di China tidak dapat bermanuver.
Pertanda sesuatu memburuk adalah waktunya.
H&M mengatakan mereka tidak akan menggunakan kapas dari Xinjiang karena kekhawatiran atas kerja paksa yang terjadi di sana, tapi keputusan itu sudah dibuat pada September 2020.
Keputusan itu dipicu oleh pernyataan dari Better Cotton Initiative, kelompok industri yang mempromosikan standar buruh yang berkelanjutan, dan H&M serta beberapa merk besar lain menjadi anggotanya.
Saat itu, China hanya diam.
Media pemerintah China mengklaim boikot terakhir dimulai dari "amukan warganet" tapi sebenarnya hal itu berasal dari Communist Youth League.
24 Maret pagi, Liga tersebut mengecam H&M di situs media sosial Weibo dan menuduh mereka menyebarkan rumor dan mengkhianati pelanggan China.
Partai Komunis lain menyebarkan isu diikuti dengan tuntutan-tuntutan, dan kemudian meluas ke merk lain termasuk Nike, Adidas, New Balance, Burberry, Zara dan lain sebagainya.
Pemilihan waktunya tidak salah lagi, bersamaan dengan sanksi baru terhadap China atas Xinjiang yang diumumkan Kanada, Uni Eropa, Inggris, dan AS.
Ini merupakan kali pertama sanksi yang diupayakan bersamaan dan pertama kalinya Uni Eropa memboikot China sejak pembunuhan massal di Alun-alun Tiananmen 1989.
Balasan dari Beijing rupanya lebih kuat daripada yang diperkirakan.
Target mereka antara lain lembaga penelitian Jerman Mercator Institute for China Studies, serta badan pembuat keputusan utama Uni Eropa untuk kebijakan luar negeri, yang terdiri dari duta besar negara anggota.
Lebih mengejutkan lagi, China baru saja menyelesaikan perundingan Perjanjian Investasi Komprehensif dengan Eropa, yang kini sudah gagal total.
Kemudian tidak hanya bahan baku untuk kebutuhan sandang, para model dan selebriti China juga mulai memboikot merk internasional atas sanksi mereka terhadap Xinjiang.
Melansir CNN, aktor, penyanyi dan para model China telah berbicara di publik untuk membela kebijakan China atas Xinjiang.
Lebih dari 30 selebriti China telah mengakhiri kemitraan promosi atau mengatakan mereka akan memutus ikatan dengan merk-merk yang mereka tuduh telah "mengecam" kapas yang diproduksi di Xinjiang.
Merk-merk tersebut antara lain H&M, Nike, Adidas, Puma, dan Calvin Klein.
Para bintang tersebut antara lain aktris papan atas Yang Mi, penyanyi pop Wang Yibo, aktris Uighur Dilraba Dilmurat, penyanyi Hong Kong Eason Chan dan pemain cello Taiwan Ouyang Nana.
Skala eksodus selebriti belum pernah terjadi sebelumnya, dan membesar sedemikian rupa sehingga di media sosial China, 25 Maret dijuluki "hari pemutusan kontrak" di kalangan hiburan China.
Selebriti lain juga tunjukkan dukungan dengan membagikan tagar "I support Xinjiang cotton" yang telah dilihat hampir 5 miliar kali sejak diunggah Rabu 24 Maret 2021 oleh corong partai People's Daily di Weibo.
Dukungan kolektif dari selebriti adalah contoh terbaru peran yang diharapkan China untuk mereka mainkan dalam menyongsong China yang lebih nasionalis.
Beberapa selebriti itu memang mendukung pemerintah, tapi ada juga yang melakukannya karena ditekan terus-terusan oleh siapa saja dan terancam kehilangan nyawanya.
China telah tunjukkan bahwa jika Barat ingin berhubungan dengan mereka maka Barat harus tunduk terhadap China.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini