Intisari-online.com -Xinjiang menjadi lokasi yang cukup banyak disorot di tahun 2020 ini.
Hal ini tidak luput dari aktivitas mencurigakan yang dilakukan otoritas China di sana.
Xinjiang sudah diketahui banyak orang jika menjadi fasilitas tempat menahan orang.
Namun bukti terbaru kali ini tunjukkan jika fasilitas penahanan Xinjiang tidak hanya menahan orang saja.
Melansir dari BuzzFeed News, Agustus lalu ditemukan ratusan fasilitas baru di Xinjiang yang memiliki ciri khas penjara atau kamp penahanan.
Banyak dari kompleks itu dibangun selama 3 tahun terakhir dalam peningkatan kampanye China melawan minoritas Muslim termasuk Uighur, Kazakh dan lainnya.
Disebutkan jika 135 kompleks ini juga menampung bangunan pabrik, sehingga dipastikan kerja paksa pasti ada di dalam fasilitas seperti ini.
Pabrik ini memiliki bentuk serupa: panjang dan persegi panjang dengan atap logam berwarna cerah, biasanya biru atau merah.
Pabrik di Xinjiang memiliki rangka baja dan didirikan hanya dalam waktu sebulan saja.
Hanya dalam tiga tahun, peningkatan kampanye ini memang tunjukkan hasil yang signifikan, kini sudah ada lebih dari 1 juta orang ditahan di tempat itu dimulai pada tahun 2016.
Mantan tahanan menceritakan mereka telah bekerja di pabrik selama mereka ditahan.
Tahanan-tahanan itu tidak pernah diberi pilihan untuk bekerja, dan sama sekali tidak dibayar.
Menurut cerita Dina Nurdybai, salah seorang mantan tahanan yang ditahan pada 2017 dan 2018, berada di tempat itu layaknya di neraka.
"Saya merasa berada di neraka, mereka menciptakan tempat jahat ini dan mereka menghancurkan hidup saya," ujarnya.
Sebelum ia ditahan, Nurdybai menjalankan bisnis garmen kecil-kecilan, tapi setelah ditahan ia bekerja di bilik yang dikunci dari luar, menjahit saku ke seragam sekolah.
Tentu saja, China terus-terusan membantah akan kamp tahanan tempat para tahanan diminta kerja paksa itu.
Mirisnya, industri Xinjiang berkembang pesat dan menjadi faktor tingkat pertumbuhan PDB tercepat China.
Xinjiang diketahui mengekspor berbagai produk, antara lain pakaian sampai mesin.
Amerika Serikat adalah pasar utama Xinjiang, dan banyak pabrik di sana memproduksi banyak barang yang kemudian sampai ke konsumen AS.
Beberapa contohnya adalah Apple, Nike dan Coca-Cola, dikabarkan melobi Kongres tahun ini untuk mempermudah RUU yang melarang impor produk hasil kerja paksa tersebut.
Lebih mengerikan lagi, para ahli yang telah memeriksa pelanggaran di Xinjiang berpendapat jika kerja paksa itu tersebar luas di wilayah itu.
Itu artinya tidak ada perusahaan di sana yang dapat menyimpulkan jika rantai pasokannya bebas dari kerja paksa itu.
Hal itu mengenaskan, karena berarti konsumen AS tidak memiliki cara nyata mengetahui apakah barang yang mereka beli dari Xinjiang itu mengandung kerja paksa atau tidak.
Ditemukan juga jika menurut data perdagangan sejak 2016, beberapa perusahaan itu telah mengekspor barang ke seluruh dunia meliputi Sri Lanka, Kyrgyzstan, Panama dan Perancis.
Ada juga perusahaan yang mengirim celana ke California.
Sementara itu ada perusahaan Xinjiang Jihua Seven-Five-Five-Five Occupational Wear, yang membuat seragam militer.
Perusahaan inilah yang membuat seragam untuk Tentara Pembebasan Rakyat, Polisi Bersenjata Rakyat paramiliter, dan biro Keamanan Publik China.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini